KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Metodelogi Studi Islam
Dosen Pengampu : Suhadi, M.S.I
![]() |
Disusun Oleh :
Moh Muharrom
212359
Insyia Hasmi Habibah 212363
Desi Rum Fatmawati 212365
![]() |
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
SYARI’AH / MBS
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakteristik tiap ajaran berbeda-beda
satu sama lain. Islam pun mempunyai karakteristik sendiri, berbeda dengan agama
lain di dunia.
Tidak mudah membahas karakteristik
ajaran Islam karena lingkup permasalahan yang luas. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai karakteristik ajaran Islam yang berhubungan dengan
bidang-bidang yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam bidang ilmu
dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, pekerjaan, politik, dan disiplin
ilmu. Karakteristik tersebut dapat kita lihat dalam sumber ajaran Al-Qur’an dan
hadits.
Kedua sumber ini memberi
karakteristik tersendiri dalam bidang-bidang tersebut yang berguna bagi manusia
sepanjang masa. Sedangkan Karakteristik agama, seperti ketuhanan, kemanusiaan,
universal, moderat, dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian karakteristik ajaran islam?
2. Apa saja karakteristik ajaran Islam dan karakteristik
islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakteristik Ajaran Islam
Istilah “karakteristik ajaran Islam”
terdiri dari dua kata : karakteristik dan ajaran islam. Ensiklopedi Islam Indonesia
mendefinisikan bahwa Islam adalah agama tauhid yang ditegakkan oleh
nabi Muhammad SAW, selama 23 tahun di Mekah dan Madinah yang inti sari Islam berserah
diri atau taat sepenuh hati pada kehendak Allah SWT, demi tercapainya
kepribadian yang bersih, hubungan yang harmonis, dan damai sesama manusia serta
sejahtera dunia dan akhirat.
Secara sederhana karakteristik ajaran Islam dapat
diartikan menjadi suatu ciri yang khas atau khusus yang mempelajari tentang
ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama, bidang ibadah, bidang aqidah, muamalah
(kemanusian), yang didalamnya termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan
disiplin ilmu.[1]
Islam juga memiliki keistimewaan dan karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan agama lainnya di dunia. Di antara keistimewaan
yang di miliki oleh islam, seperti yang diungkapkan oleh para agamawan barat,
bahwa Islam merupakan agama yang universal, memiliki orientasi hidup yaitu
kehidupan dnia dan akhirat, dan penamaan Islam sebagai nama langsung diberikan oleh
Allah melalui wahyu-Nya (Al-Qur’an).[2]
B. Karakteristik Ajaran Islam dan Karakteristik
Islam
Karakteristik ajaran Islam meliputi bidang agama,
ibadah,akidah, ilmu dan kebudayaan, pendidikan, social, kehidupan ekonomi,
politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu. Sedangkan, karakteristik Islam meliputi
Rabbaniyah, insaniyah, syumul, al wasthiyyah, al waqi’iyyah, al wudhuh, dan
menyatukan antara tathawwur dan tsabat.
1. Karakteristik
ajaran islam
a. Dalam bidang agama
Dalam bidang agama Islam mengakui adanya pluralisme, pluralisme
menurut Nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan yang tidak akan berubah, sehingga
juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan Islam adalah agama yang kitab
sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, untuk hidup dan menjalankan ajaran
masing-masing dengan penuh kesungguhan.
Bahkan Al-Qur’an juga mengisaratkan bahwa para penganut berbagai
agama, asalkan percaya kepada Tuhan dan hari kemudian serta berbuat baik.,
semuanya akan selamat. Inilah yang selanjutnya menjadi dasar toleransi agama
yang menjadi ciri sejati Islam dalam sejarahnya yang otentik, sesuatu semangat
yang merupakan kelanjutan pelaksanaan ajaran Al-Qur’an.
Dalam bidang agama juga mengakui adanya universalisme, yakni
mengakarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuru berbuat baik, dan
mengajak kepada keselamatan. Dengan demikian, karakteristik ajaran Islam dalam
visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksa, dan saling menghargai karena dalam pluralisme agama
tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada Tuhan.[3]
b.
Dalam
bidang ibadah
Dalam yuriprudensi Islam telah ditetapkan bahwa dalam urusan ibadah
tidak boleh kreatifitas, sebab yang mengcreate atau yang membentuk suatu ibadah
dalam Islam dinilai sebagai bida’ah yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan.
Ketentuan ibadah demikian itu termasuk ajaran Islam dimana akal
manusia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya,
kedudukan manusia dalam hal ini hanya mematuhi, menaati, melaksanakan dan
menjalankannya dengan penuh ketundukan pada Tuhan, sebagai bukti pengabdian dan
rasa terimakasih kepada-Nya.
c.
Bidang
akidah
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui dalam bidang akidah
ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun
prosesnya.Yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disebah hanya
Allah. Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung tidak boleh ada
perantara.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tengtang Allah
sebagai Tuhan yang wajib di sembah ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat
syahadat, yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi
Muhammad SAW sebagai utusa-Nya, perbuatan dengan amal sholeh.
Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati,
melainkan pada tahap selanjudnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah
laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal sholeh.
d.
Bidang
ilmu dan kebudayaan
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap
terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif. Akomodatif dalam menerima berbagai masukan dari
luar, tapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja
menerima semua jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang
sejalan dengan Islam.
Namun di era globalisasi budaya agama dapat takanan barat sebab
agama punya asumsi dasar: manusia perlu pegangan hidup tetap, sedang kehidupan sendiri penuh perubahan. Dalam keadaan pelik ini
orang di tuntut beradaptasi dengan lingkungan baru secara terus menerus,
sementara nilai-nilai lama yang diidealkan tetap jadi panutan.[4]
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan
tersebut dapat pula dilihat dari 5 ayat pertama surat al-Alaq yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki
ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan
sebagainya. Demikian pentingnya ilmu ini hingga Islam memandang bahwa orang
menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah.
e.
Bidang
pendidikan
Sejalan dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut diatas, Islam
juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang bahwa
pendidikan adalah hak setiap orang laki-laki atau perempuan, dan berlangsung
sepanjang hayat.Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami
dari kandungan surat al-Alaq sebagai mana disebut diatas. Dalam al-Qur’an dapat
dijumpai berbagai metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan,
pembinasaan, kerja wisata, cerita, hokum, nasihat, dan sebagainya.
f.
Bidang
social
Selanjutnya karakteristik ajaran Islam dapat dilihat dari ajarannya
dibidang social. Ajaran Islam dibidang social ini termasuk yang paling menonjol
karena seluruh bidang ajaran Islam sebagaimana disebutkan diatas pada akhirnya
ditujukan untuk kesejahteraan manusia.Namun, khusus dalam bidang social ini
menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran,
kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa, dan kebersamaan.Islam ternyata
banyak memperhatikan aspek kehidupan social dari pada aspek kehidupan ritual.
Dalam pada itu Islam menilai bila urusan ibadah dilakukan tidak
sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tersebut, maka kafarat adalah
dengan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan urusan social.
g.
Bidang
kehidupan ekonomi
Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dipahami dari
kosepsinya dalam bidang kehidupan.Urusan dunia di kejar dalam rangka mengejar
kehidupan akhirat dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia.Orang yang baik
adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat
menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan
dunia.
Alam raya ini suatu yang diciptakan Tuhan untuk dimanfaatkan
manusia, dan bukan sekali-kali untuk dijadikan objek penyembahan sebagaiman
dijumpai pada masyarakat primtif.Alam raya dengan segala keindahannya adalah
ciptaan Tuhan.Kita tahu bahwa dialam raya in I dijumpai berbagai ajaiban dan
kekaguman.
h.
Bidang kesehatan
Ciri khas ajaran Islam selanjutnya dapat dilihat dalam konsepnya
mengenai kesehatan.Ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip
pencegahan lebih diutamakan dari pada penyembuhan. Berkenaan dengan konteks
kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk kitab suci dan sunnah Nabi SAW,
yang pada dasarnya mengarah kepada pencegahan.
Kebersihan lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempat tinggal,
lingkungan sekitar, badan, makanan, minuman, dan lain sebagainya.
i.
Bidang
politik
Ciri ajaran Islan selanjutnya dapat diketahui melalui konsepsinya
dalam bidang politik. Dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 156 terdapat menaati
ulil amri yang terjemahaannya termasuk penguasa dalam bidang politik,
pemerintah, dan Negara. Dalam hal ini Islam tidak mengajarkan ketaatan buta
terhadab pemimpin.Jika pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntutan Allah
dan Rasul-Nya, maka wajib di taati, sebaliknya.
Masalah
politik ini selanjutnya berhubungan dengan bentuk pemerintahan.Oleh karenanya
setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai
seleranya.Namun, yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan
sebagai alat untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan,
kedamaian, den ketenteraman masyarakat.
j.
Bidang
pekerjaan
Karakteristik ajaran Islam lebih lanjut dapat diihat dari ajarannya
mengenai kerja, Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu,
terarah pada pengabdian terhadap Allah SWT, dan kerja yang bermanfaat bagi
orang lain.
Untuk menghasilkan pruduk pekerjaan yang bermutu, Islam memandang
kerja yang dilakukan adalah kerja professional, yaitu kerja yang didukung ilmu
pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan, dan seterusnya.
k.
Bidang
disiplin ilmu
Selain ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan dengan
ciri-ciri yang khas tersebut, Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin
ilmu, yaitu ilmu ke Islaman. Menurut peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu ke Islaman adalah al-Qu’an/Tafsir,
Hadits/Ilmu hadits, Ilmu kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam/Fiqh, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan pendidikan Islam.[5]
2.
Karakteristik Islam
a.
Rabbaniyah (ketuhanan)
Menurut Ibn al Arabi, Tuhan akan hadir dan menyapa
manusia sesuai dengan persepsi manusia tentang-Nya. Bagi para mistikus, jalan
masuk kepada Tuhan yang dipilihnya adalah pintu kasih, sehingga Tuhannya para
mistikus adalah Tuhan Sang Kasih. Adapun bagi para filsuf, Tuhan hadir sebagai
Dia Yang Maha Cerdas dan Kreatif.[6]
Rabbaniyah ( ketuhanan ) ini meliputi dua
kriteria utama yaitu pertama, rabbaniyyah dari sudut tujuan dan sudut pandang dan yang kedua, rabbaniyyah
dari sudut manhaj ataupun sistem kehidupan.
1)
Rabbaniyah
ghoyah (tujuan) dan wijhah (sudut pandang)
Islam itu menjadikan tujuan akhir dan sasarannyayang jauh
ke depan yaitu dengan menjaga hubungan dengan Allah ( pencipta ) secara baik
untuk mendapatkan keridhaan-Nya semata-mata .
Tidak dapat dimungkiri bahawa Islam itu mempunyai
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran lain yang bersifat ’social humanity’
(kemanusiaan) dan sosial kemasyarakatan , namum sasaran dan matlamat pokok yang
lebih utama ialah untuk mendapatkan ’mardhatillah’(mengharap keridhaan
Allah) dan pahala (balasan ) baik dari Allah SWT demi untuk mengabdikan diri
kepada-Nya.
2)
Rabbaniyah
mashdar dan manhaj
Manhaj
yang telah di ditetapkan oleh Islam guna mencapai sasaran dan tujuan itu adalah
manhaj Rabbani yang murni, karena sumbernya adalah wahyu Allah kepada Rosulnya
Muhammad SAW.
Manhaj
ini tidak lahir sebagai sebuah hasil rekayasa dari ambisi perseorangan,
keluarga, golongan, partai atau ambisi dari bangsa tertentu. Tetapi dia manhaj
dating dari iradat Allah yang menginginkannya sebagai hidayat dan nur, penjelas
dan kabar gembira, penawar atau obat dan rahmat bagi hamba-hamba-Nya.
b.
Insaniyah (kemanusiaan)
Termasuk karakteristik Islam antara lain adalah insaniyah
(kemanusiaan). Antara insaniyah dengan
Rabbaniyah sebagaimana karakteristik
Rabbaniyah bahwa salah satunya adalah
Rabbaniyah tujuan dan sasaran. Dalam artian bahwa Jalinan hubungan baik
dengan allah yang sekaligus dengan mencari ridha-Nya merupakan tujuan manusia
dan sasaran islam. Salah satu aspeknya yang lain adalah Rabbaniyah mashdar,
dalam artian bahwa Islam merupakan Manhaj illahi, pemilik, pencentus dan
perekeyasanya dalah Allah swt semata dan Rasullulah saw. Islam dengan
Rabbaniyah tujuan dan sasaranya bersifat manusiawi pula dalam tujuan dan
sasaranya tersebut. Dengan tetap bersandar pada tujuan Rabbaniyah, karena tidak
ada pertentangan antara tujuan Rabbaniyah dan insaniyyah. Maka takdir
kemanusiaan adalah termasuk dengan rabbaniyah yang dijadikan pijakan islam.
Apabila mashdar islami itu berifat Rabbani, maka manusialah yang akan memahami
masdar tadi. Dialah yang akan dapat ber-istimbah ( mengambil hukum ) dan
berijtihad serta mengalihkanya kepada realitas operasional yang dapat
dirasakan.[7]
Keterkaitan manusia dengan allah : Manusia adalah makhluk allah, Manusia
bukan tandingan allah, Sikap positif manusia di hadapan takdir Allah, dan antara akal manusia dengan wahyu allah.
c.
Syumul (universal)
Dengan berbagai dimensi dan jangkauan jauh
terkandung di dalam ajarannya, syumul (universal) adalah termasuk
karakteristik yang membedakan Islam dari segala sesuatu yang diketahui manusia
dari agama-agama, filsafat-filsafat dan mashab-mashab (aliran-aliran).
Kesyumulan Islam itu meliputi semua zaman, kehidupan dan eksistensi
(keberadaan) manusia.
Tidak diragukan lagi bahawa Islam itu
adalah risalah untuk masa akan datang dan juga sebagai kesinambungan daripada
risalah-risalah yang diturunkan oleh Allah kepada umat-umat yang terdahulu.
Dasar-dasar akidah dan juga akhlak yang terkandung di dalam ajarannya adalah
risalah setiap Nabi yang diutus oleh Allah dan juga risalah setiap Kitab Suci
yang terkandung dalam ajaran Nabi-Nabi terdahulu daripada Nabi Muhammad S.A.W.
Islam juga adalah risalah yang syumul
(universal), yang berbicara kepada seluruh ummat, suku kaum dan bangsa di dunia
ini yang meliputi semua status sosial. Islam bukan risalah bagi bangsa tertentu
yang mendakwa bahawa mereka sajalah merupakan bangsa yang dipilih Allah yang
mana semua bangsa di dunia ini harus tunduk kepada kekuasaannya.
Menyentuh tentang sistem dan peraturan
hidup pula, ajaran Islam itu meliputi ajaran-ajaran serta peraturan-peraturan
hidup yang mencakupi persoalan-persoalan aqidah, syariah dan akhlak.
d. Al
wasthiyyah
(moderat)
Al-wasthiyyah atau dengan ungkapan
lainnya, at-tawazun (keseimbangan) adalah merupakan keseimbangan di
antara dua jalan atau dua arah yang saling berhadapan atau bertentangan, di
mana salah satu daripada dua keadaan tadi tidak boleh menentukan arahnya
sendiri tanpa mengambil kira faktor kecenderungan arah yang satu lagi. Contoh-contoh dua arah serta kehendak yang saling bertentangan
adalah seperti:
Ruhhiyah (spiritual) dengan maddiyah
(material), Fardiyah (individu) dengan jama’iyah
(kolektif/kumpulan), Waqi’iyah (kontekstual ) dengan mitsaliyyah
( idealisme ), Tsabat (konsisten )
dengan taghayyur (perubahan ).
Pengertian dari tawazun (keseimbangan) di
antara kedua arah seperti dalam keadaan-keadaan yang dinyatakan di atas adalah
ianya saling memberi hak dan juga keperluan yang sepatutnya akan hak yang
bertentangan tadi sehingga ianya dapat memenuhi tuntutan secara adil dan
saksama tanpa berlakunya penyimpangan. Dalam arti kata lain, ianya suatu
keseimbangan yang selamat dari kekurangan atau berlebih-lebihan dalam sesuatu
perkara di dalam melaksanakan syariat Islam.
e. Al waqi’iyah (kontekstual)
Al-waqi’iyyah al-mithaliyah (kontekstual
yang tidak mengabaikan idealisme). Konsep Islam dalam masalah ini dapat
menyelamatkan segala tindakan serta keputusan yang berlebih-lebihan di dalam mencapai
sesuatu kesempurnaan (idealieme). Dalam erti kata lain, sesuatu idealisme itu
seharusnya dilakukan dalam ruang lingkup realiti semasa dan kemampuan sebenar (
al-waqi’iyyah).
f. Al wudhuh (jelas)
Al-Wudhuh (jelas) ini dipaparkan sama ada
yang berhubungan dengan usul dan qawaid, atau yang berhubungan dengan mashadir
(sumber hukum) dan manabi’ (tempat pengambilan hukum) , atau yang
berhubungan dengan sasaran dan tujuan, atau yang berhubungan dengan manhaj dan
wasilah (prasarana). Penjelasan lanjut mengenai ciri-ciri al-wudhuh seperti
yang dinyatakan di atas adalah seperti berikut :
1) Al-Wudhuh (kejelasan ) dalam Usul dan
Qawaid Islamiyah. Fenomena al-wudhuh yang pertama
dalam Islam adalah perkara-perkara pokok yang bersangkutan dengan akidah,
ibadah dan akhlak. Perkara yang bersangkutan dengan asas akidah.
2) Kejelasan
Sumber-Sumber Hukumnya. Sumber pertama hukum Islam itu adalah jelas bersumberkan
daripada al-Quran dan yang keduanya ialah bersumberkan as-Sunnah ataupun Hadis
Nabi Muhamad s.a.w.
3)
Kejelasan Dalam
Hal Sasaran dan Tujuan. Kejelasan dalam sasaran dan tujuan Islam
itu sendiri adalah jelas dan nyata bagi manusia di dunia ini iaitu untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan (kesesatan ) kepada keadaan yang bercahaya
( kebenaran ), iaitu cahaya yang menerangi jiwa dan kehidupan
4)
Kejelasan
Manhaj dan Jalan Penyelesaian. Islam mempunyai keistimewaan dalam hal
penentuan dari segi kejelasan manhaj dan juga kaedah untuk merealisasikan
sesuatu perkara yang diperintah oleh Allah SWT. Seperti perintah untuk
melaksanakan sesuatu ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah s.w.t seperti
solat lima waktu, puasa, mengeluarkan zakat dan menunaikan fardhu haji ke
Mekah.
g. Keseimbangan Antara Tathawwur (Transformasi ) dan Tsabat (
Konsistensi ).
Karakteristik Islam selanjutnya adalah Tathawur dan tsabat.
Sistem Islam mampu menyatukan keduanya daam sebuah kombinasi yang menakjubkan
dan meletakkan keduanya pada kedudukanya masing-masing. Tsabit didalam persoalan yang memang harus lestari, sementara
fleksibel atau luwes di dalam hal yang memahami harus berubah dan berkembang (
transformasi ). Risalah samawwiyah adalah
lebih umumnya menenkankan pada masalah tsabat, bahkan kadang cenderung
pada kebekuan. Adapun syariat wadhi’yah
(hukum positif), umumnya lebih menekankan pada keluwesan mutlak.[8]
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana karakteristik ajaran Islam dapat
diartikan menjadi suatu ciri yang khas atau khusus yang mempelajari tentang
ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama, bidang ibadah, bidang aqidah, muamalah (kemanusian), yang didalamnya termasuk ekonomi, sosial, politik,
pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan disiplin ilmu.
Karakteristik ajaran Islam meliputi
bidang agama, ibadah,akidah, ilmu dan kebudayaan, pendidikan,social,kehidupan
ekonomi, politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu.
Sedangkan, karakteristik Islam meliputi Rabbaniyah, insaniyah,
syumul, al wasthiyyah, al waqi’iyyah, al wudhuh, dan menyatukan antara
tathawwur dan tsabat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nata, Metodelogi
Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999
Ali Anwar Yusuf, Wawasan
islam, Bandung, Pustaka Setia.2002
Dr,Yusuf Al- Qadharwi, Karakteristik
Islam, Risalah Gusti, Surabaya, April 1995
Komarudin Hidayat, Agama Masa
Depan, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2003
M. Yatimin Abdullah, Studi
Islam Kontoporer, Jakarta, Amzah,2006
M.Amin Abdullah, Studi Agama, Putaka Belajar, Yogyakarta, 1999
[1]
M.Yatimin Abdullah,Studi Islam Kontemporer,Jakarta,
Amzah, 2006, hlm 15
[2] Ali
Anwar Yusuf, Wawasan Islam,Bandung, Pustaka
Setia, 2002, hlm35
[3]
Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm,80-81
[5] Op.cit, hlm, 94
[7]
Dr.Yusuf Al-Qardhawi, Karakteristik
Islam, Risalah Gusti, Surabaya, April 1995,
hlm 59
[8]
Ibid, hlm. 241
No comments:
Post a Comment