PERENCANAAN
KAPASITAS
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Operasional
Dosen Pengampu : Tina Martini, SE. M.Si
Disusun Oleh :
SITI DEWI
SETYANINGSIH
ARIF
AWWALUDDIN
ACHMAD
MUTAAFIF
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH / MBS
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam tiap proses produksi diperlukan beberapa
pertimbangan yang matang menyangkut batas maksimal kerja dari suatu alat dan
mesin yang digunakan selama proses tersebut berlangsung. Hal ini menjadi
sesuatu penting untuk melihat sejauh mana alat-alat produksi mampu beroprasi.
Jika dalam menjalankan fungsinya, alat tersebut dipaksakan, maka tidak menutup
kemungkinan terjadinya over load, sehingga hal tersebut menyebabkan alat
menjadi cepat aus. Dengan demikian akan semakin membengkakkan biaya produksi.
Dari gambaran tersebut terlihat bahwa perencanaan kapasitas menjadi begitu
penting. Perencanaan kapasitas adalah suatu proses sitematis untuk menentukan
tingkat kapasitasnya optimal atas dasar permintaan pasar yang diperkirakan.
Dalam perencanaan kapasitas ada pilihan-pilihan yang tetap harus diperhatikan
agar sasaran perusahaan dapat dicapai.
Pemimpin perusahaan sering kali mengalami kesulitan dalam mengambil
keputusan berkaitan dengan perencanaan kapasitas dalam kenyataan sehari-hari.
Jika permintan pasar naik, perusahaan justru cenderung meningkatkan jumlah
produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Padahal setiap alat memiliki
kapasitas tertentu dalam berproduksi. Apabila ini tetap dipaksakan, maka
nantinya keuntungan yang diperoleh karena produksi tambahan tersebut tidak akan
mampu menutupi kerugian akibat kerusakan alat yang disebabkan oleh produksi
yang melebihi kapasitas seharusnya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian perencanaan kapasitas ?
2. Apa
saja jenis perencanaan kapasitas ?
3. Bagaimana
analisa Break even point (BEP) ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Perencanaan Kapasitas
Kapasitas (capacity) adalah hasil
produksi atau volume pemprosesan (troughput) atau jumlah unit yang dapat
ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam
suatu periode waktu tertentu.[1]
Menurut Hani Handoko, Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran suatu kuantitas keluaran dalam periode
tertentu dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu.
Dalam produksi dan manajemen
operasi, terdapat beberapa tipe kapasitas
yaitu:
a.
Design Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana pabrik dirancang.
b.
Rated Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukan bahw fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya.
c.
Standard Capacity yaitu, tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkansebagai
sasaran pengoperasian bagi manajemen, supervisi, dam para
operator mesin, dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan anggaran.
d.
Operating Capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata
per satuan waktu selama periode-periode waktu
yang telah lewat.
e.
Peak Capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu (mungkin lebih rendah dari pada rated, tetapi lebih besar daripada standar) yang dapat dicapai melalui memaksimalkan pengeluaran, dan akan mungkin dilakukan dengan kerja lembur,
menambah tenaga kerja,
menghapuskan penundaan-penundaan, mengurangi jam istirahat, dan sebagainya.[2]
Sedangkan Perencanaan kapasitas merupakan proses untuk
memutuskan kebutuhan kapasitas produksi oleh perusahaan untuk mempertemukan
perubahan permintaan setiap produk. Perencanaan kapasitas bertujuan untuk
mencapai tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang
tinggi, dimana penetapan ukuran fasilitas sangatlah menentukan. Dapat pula
diartikan bahwa Perencanaan Kapasitas kegiatan penentuan dan pembaharuan kebutuhan- kebutuhan kapasitas.
Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan
kapasitas adalah langkah awal yang dilakukan perusahaan untuk menentukan jumlah
produk yang akan dihasilkan perusahaan.[3]
2.
Jenis –jenis Perencanaan Kapasitas
Terdapat
beberapa jenis kapasitas anatara lain :
a.
Kapasitas Desain
Kapasitas desain (capacity) adalah
output maksimum system secara teoritis dalam suatu periode tertentu. Kaspasitas
desain biasanya dinyatakan dalam suatu tingkatan tertentu. Seperti jumlah
tonase baja yang dapat diproduksi setiap minggu, setiap bulan, atau setiap
tahun. Tapi kalu dalm organisasi kapasitas diukur dari kuantitasnya seperti,
tempat tidur (dalam sebuah rumah sakit), ukuran ruangan kelas (dalam sebuah
sekolahan).
b. Kapasitas Efektif
b. Kapasitas Efektif
Kapasitas efektif adalah kapasitas
yang diharapkan dapat dicapai oleh sebuah perusahaan dengan bauran produk,
metode penjadwalan, pemeliharaan, dan setandart kualitas yang diberikan.[4]
Perencanaan Kapasitas dapat
Dilihat dalam tiga Horizon waktu yaitu:
1)
Kapasitas jangka pendek (< 3 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka pendek –kurang
dari tiga bulan . ini dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan
dan menyangkut pembuatan penyesuian –penyesuian untuk menghapus ‘’ variance’’
antara keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata . keputusan perencanaan
mencakup alternatif – alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia,
penggantian routing produksi.
2)
Kapasitas jangka menengah (3-18
bulan)
Perencanaan kapasitas jangka menengah (
intermediet range) - rencana- rencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 18
bulan yang atau yang akan datang. Dalam hal ini, kapasitas juga
bervariasi karena alternative – alternative seperti penarikan tenaga kerja,
pemutusan kerja, peralatan – peralatan bukan utama.
3)
Kapasitas jangka panjang (>1 tahun)
Perencanaan kapasitas jangka panjang (long time) – lebih dari satu
tahun. Dimana sumber daya produktif memakan waktu lama untuk memperoleh
atau menyelesaikan, seperti bangunan, peralatan atau fasilitas. Perencanaan
kapasitas jangka panjang memerlukan partisipasi dan persetujuan manajemen
puncak.
Ada dua macam pengukuran sistem perencanaankapasitas antara lain:
a)
Utilisasi adalah
presentase kapasitas desain yangsesungguhnya
telah di capai.
b)
Efisiensi adalah
presentae kapasitas efektif yangsesungguhnya
telah di capai.
3.
Analisis Break Even Point (BEP)
BEP
adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang
harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya
yang timbul serta mendapatkan keuntungan atau profit.
Dengan mengetahui titik BEP,analisis dapat mengetahui pada volume penjualan
,berapa perusahaan mencapai titik impasnya,yaitu tidak rugi,tetapi juga tidak
untung sehingga apabila penjualan melebihi titik itu,maka perusahaan mulai mendapatkan
untung.[5]
Dalam
melakukan analisis BEP diperlukan estimasi mengenai biaya tetap,biaya variabel
dan pendapatan.Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan
besarnya tetap,dan tidak tergantung dari volume penjualan sekalipun perusahaan
tidak melakukan penjualan.
Manfaat Break Even Point adalah
a. Sebagai alat perencanaan untuk menghasilkan laba
b. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
c. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
d. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti
Kompenen yang berperan dalam BEP yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud
adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk
memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap
bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak
produksi maka tidak ada biaya ini.[6]
Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari
rumus BEP yaitu:
1) Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa
tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita
harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100
unit atau tidak menjual sama sekali.
2) Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit
penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman,
biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan.
3) Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli
Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :
a. Rumus
Break Event Point (BEP) untuk single product adalah:
BEP(unit/x) = FC / (S – VC) atau BEP(rupiah) = FC / (1 – (VC/S))
Keterangan simbol :
FC =
fixed cost (biaya tetap)
VC =
variable cost (biaya variabel)
S =
sales (penjualan)
b.
Rumus BEP untuk multiple product
adalah:
BEP(rupiah) = FC / (1 – (TVC/TR))
Keterangan simbol :
TVC =
total variable cost (total biaya variabel)
TR =
total revenue (total pendapatan)[7]
Analisis BEP dapat memberikan hasil yang memadai, apabila asumsi berikut
terpenuhi :
1. Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan.
1. Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan.
2. Biaya dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel.
3. Efisiensi dan produktivitas tidak berubah
4. Harga jual tidak berubah.
5. Biaya- biaya tidak berubah
6. Bauran penjualan akan konstan
7. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan awal dan
persediaan akhir Pendekatan dalam mengitung BEP.[8]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Perencanaan
kapasitas merupakan proses untuk memutuskan kebutuhan kapasitas produksi oleh
perusahaan untuk mempertemukan perubahan permintaan setiap produk. Perencanaan
kapasitas bertujuan untuk mencapai tingkat utilitas tinggi dan tingkat
pengembalian investasi yang tinggi, dimana penetapan ukuran fasilitas sangatlah
menentukan. Dapat pula diartikan bahwa Perencanaan Kapasitas adalah kegiatan penentuan dan
pembaharuan kebutuhan- kebutuhan kapasitas.
2.
Jenis kapasitas antara lain :
Kapasitas Desain yaitu output maksimum system secara teoritis dalam suatu
periode tertentu. dan Kapasitas Efektif yaitu kapasitas yang diharapkan dapat
dicapai oleh sebuah perusahaan dengan bauran produk, metode penjadwalan,
pemeliharaan, dan setandart kualitas yang diberikan.
3. BEP
adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang
harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya
yang timbul serta mendapatkan keuntungan atau profit.
Dengan mengetahui titik BEP,analisis dapat mengetahui pada volume penjualan
,berapa perusahaan mencapai titik impasnya,yaitu tidak rugi,tetapi juga tidak
untung sehingga apabila penjualan melebihi titik itu,maka perusahaan mulai
mendapatkan untung.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko Hany, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi
Edisi I.Yogyakarta: BPFE, 2000.
Jay Heizer dan Barry Render Manajemen Operasi Edisi ketujuh 2006
Prasetya
Hery, Manajemen Operasi, edisi pertama, Yogyakarta: MEDPRESS
[1] http://xerma.blogspot.com/2013/07/pengertian-kapasitas-dan-perencanaan.html, diakses tanggal 28 maret 2014
[3]Opcit,
Hany Handoko
[4] http://slank-schatzymansion.blogspot.com/2011/02/manajemen-operasi.html, diakses tanggal 28 maret 2014
[5]
Prasetya Hery, Manajemen Operasi, edisi
pertama, Yogyakarta: MEDPRESS
No comments:
Post a Comment