Makalah
FILSAFAT MANUSIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat
Dosen Pengampu : Nur Aris,
M.Ag.
Disusun Oleh:
Danar Nurdiansyah 212
453
Norma Firdaus Suryo Anggoro 212 456
JURUSAN SYARI’AH
DAN EKONOMI ISLAM
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Era Globalisasi merupakan sebuah
masa yang ditandai dengan perubahan pola hidup masyarakat dan kemajuan
teknologi. Kehidupan manusia pada masa ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat di segala bidang, baik di bidang ekonomi, sosial, dan pengetahuan.
Sehingga manusia disibukkan oleh segala rutinitas dan aktifitas sehari-hari.
Globalisasi sangat memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan karena di era
ini manusia dimanjakan oleh mesin dan teknologi. Selain mempermudah manusia
dalam menjalani kehidupan dengan serba instan, era globalisasi mempunyai sisi
negatif.
Salah satu sisi negative dari masa
globalisasi ialah menurunnya nilai-nilai bangsa, budaya, dan agama. Seperti
menurunnya rasa nasionalisme terhadap Negara, lunturnya kecintaan terhadap
budaya, dan berkurangnya spirit emosional ketuhanan. Manusia seakan-akan
dihipnotis oleh perkembangan jaman, yang lambat laun akan menghapus nilai-nilai
tersebut.
Selain itu, era globalisasi membuat
manusia banyak yang melupakan akan jati dirinya sebagai manusia (hakikat
manusia), dan hakikat tujuan hidup. Oleh karena itu diperlukan adanya
pengetahuan tentang siapa sebenarnya manusia, dan apa hakikat dari tujuan
manusia di ciptakan atau hakikat tujuan manusia menjalani kehidupan yang sekarang
ini.
Oleh karena sebab itu, maka dalam
kesampatan kali ini kami akan menyajikan makalah tentang Filsafat yang
bertemakan tentang “Filsafat Manusia”. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pengertian
Filsafat Manusia?
2. Bagaimana hakikat manusia dalam filsafat?
3. Bagaimana hakikat tujuan hidup manusia?
4. Bagaimana manfaat
mempelajari filsafat manusia?
C.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk menginformasikan atau memberitahukan pengetahuan tentang siapa sebenarnya
manusia, apa hakikat tujuan hidup manusia, serta bagaimana hakikat manusia
dalam filsafat. Setelah membaca makalah ini diharapkan manusia bisa sadar akan
hakikat dan tujuan hidup yang sebenarnya. Sehingga manusia tidak seenak-enaknya
dalam menjalani kehidupan ini. Selain itu, tujuan pembuatan makalah ini semoga
dapat merubah model kehidupan di Era Globalisasi yang semakin jauh dari Tuhan
yang menciptakan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah bagian
integral dari system filsafat, yang secara sepesifik menyoroti hakikat atau
esensi manusia. Pada intinya filsafat manusia adalah ilmu filsafat yang
membahas tentang esensi manusia yang mencakup semua dimensi dari manusia. Maksud
dari semua dimensi ialah membahas tentang fisik manusia, mental manusia,
hakikat manusia, kedudukan manusia,tujuan asasi hidup manusia, apa yang harus
dilakukan manusia dalam hidup, dan lain-lain[1].
Filsfat manusia merupakan sebuah
hasil dari perumusan yang ada mengenai siapa sebenarnya manusia dan bagaimana
hakikat dari mnausia itu sendiri dan segala yang baerkaitan pada seorang
manusia. Bisa juga diartikan sebagai sebuah pandangan tentang hakikat yang
sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala kaitannya
yang telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara mendalam.
Berbeda dengan ilmu-ilmu tentang
manusia seperti Psikologi, Antropologi, Fisiologi, dan Anatomi. Ilmu-imu
tersebut hanya menjelaskan tentang keadaan fisik, dan hanya diselidiki secara
observasi dan eksperimental, serta ruang lingkupnya serba terbatas kepada
objeknya. Seangkan filsafat manusia memahas esensi manu sia dengan lebih
menyeluruh, mulai dari makna kehadiran manusia di duina, tujuan hidup manusia,
kedudukan manusia di dunia, dan lain-lain.
B.
Hakikat
Manusia dalam Filsafat
Filsafat berpandangan bahwa hakikat
manusia ialah manusia itu merupakan berkaitan antara badan dan ruh. Maka
hakikat pada manusia adalah ruh sedangkan jasadnya hanyalah alat yang
dipergunakan oleh ruh saja, tanpa kedua subtansi tersebut tidak dapat dikatakan
manusia.
Pengambaran manusia juga tertuang
dalam sebuah perkatan Nabi yang berisi tentang hati untuk mengungkapkan kondisi
manusia;
أَلا
وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت
فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ. رواه البخاري ومسلم
Artinya: “Ketahuilah,
sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu
baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk,
maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu
adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hakekat manusia harus dilihat pada
tahapannya yakni nafs, keakuan, diri, ego. Pada tahap ini semua unsur membentuk
kesatuan diri yang aktual, kekinian dinamik, dan aktualisasi kekinian yang
dinamik bearada dalam perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral
manusia lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih
baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia
ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada ketauhidan hakekat
manusai dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan kekasatuan
aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara
aktual.
Manusia merupakan mahluk unik yang
menjadi salah satu kajian filsafat, bahkan dengan mengkaji manusia yang
merupakan mikro kosmos. Dalam filsafat pembagian dalam melihat sesuatu materi
yang terbagi menjadi dua macam esensi dan eksistensi. Begitu pula manusia
dilihat sebagai materi yang memiliki dua macam bagian esensi dan eksistensi.
Manusia dalam hadir dalam dunia merupakan bagian yang berada dalam diri manusia
esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi manusia ini yang menjadikan
manusia ada dalam muka bumi. Esensi dan eksistensi bersifat berjalan secara
bersamaan dan dalam perjalananya dalam diri manusia ada yang mendahulukan esensi
dan juga eksistensi. Manusia yang menjalankan esensi menjadikan ia bersifat
tidak bergerak dan menuju lebih dalam saja tanpa melakukan aktualisasi. Begitu
pula manusia yang menjalankan eksistensi tanpa melihat esensi maka yang terjadi
ia hanya ada tetapi tidak dapat mengada. Sebagaimana perkataan bijak yang
dilontarkan oleh Socrates bahwa hidup yang tak direfleksikan tak pantas untuk
dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan manusia dapat memahami diri sendiri,
realitas alam dan Tuhan. Manusia yang memahami tentang dirinya sendiri maka ia
akan memahami Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan pencipta menjadikan
manusia berproses menuju kesempurnaan yang berada dalam diri manusia. Proses
pemahaman diri dengan refleksi kritis diri, agama dan realitas, hal tersebut
menjadikan diri manusia menjadi insan kamil atau manusia sempurna.
Bagan Esensi dan Eksistensi
Manusia
No
|
Eksistensi manusia
|
Esensi Kesadaran Fitrah (Basic Human Drives)
|
Basic Human Values
(Basic Islamic Values)
|
Kebutuhan Dasar
(Basic Human Needs)
|
1
|
Al Insan
|
Rasa ingin tahu
|
Intelektual
|
Intelektual
|
2
|
Al Basyar
|
Rasa lapar, haus, dingin
|
Biologis
|
Biologis
|
3
|
Abdullah
|
Sarat ingin berterima kasih
dan bersyukur kepada Tuhan
|
Spiritual
|
Spiritual
|
4
|
An-Nas
|
Rasa tahan sendiri dan
menderita dalam kesepian
|
Sosial
|
Sosial
|
5
|
Khalifah fil ardli
|
Butuh keamanan, ketertiban,
kedamaian, kemakmuran, keadilan dan keindahan lingkungan
|
Estetika
|
Estetika
|
Manusia yang melakukan refleksi
menyadari bahwa ia mahluk yang berdimensional dan bersifat unik. Manusia
menjadikan ia yang bertanggungjawab pada eksistensinya yang berbagai macam
dimensi tersebut. Manusia dalam eksistensinya sebagai al insan, al basyar, ‘abdullah,
annas, dan khalifah. Manusia dalam eksistensi tersebut dikarenakan potensi yang
berada dalam diri manusia seperti intelektual, bilogis, spiritual, sosial dan
estetika. Sifat dari manusia tersebut adalah mahluk yang bebas berkreatif dan
mahluk bersejarah dengan diliputi oleh nilai-nilai trasendensi yang selalu
menuju kesempurnaan. Hal tersebut menjadikan manusia yang memiliki sifat dan
karaktersistik profetik. Pembebasan yang dilakukan oleh manusia adalah
pembebasan manusia dari korban penindasan sosialnya dan pembebasan dari
alienasi antara eksistensi dan esensinya sehingga manusia menjadi diri sendiri,
tidak menjadi budak orang lain. Manusia yang bereksistensi dalam kelima
tersebut menjadikan ia sebagai mahluk pengganti Tuhan dan menjalankan tugas
Tuhan dalam memakmurkan bumi[2].
C.
Hakikat Tujuan Hidup Manusia
Hakikat kehidupan manusia adalah
menuju kematian,suka tidak suka,mau tidak mau, manusia pasti akan mengalami
yang namanya mati. Sesungguhnya kita datang kedunia ini bukanlah atas kehendak
kita, manusia datang kedunia, bukanlah atas kehendak manusia itu sendiri, tetapi
manusia datang kedunia atas kehendak Allah Swt[3].
Pada hakikatnya tujuan manusia dalam
menjalankan kehidupannya mencapai perjumpaan kembali dengan Penciptanya.
Perjumpaan kembali tersebut seperti kembalinya air hujan kelaut. Kembalinya
manusia sesuai dengan asalnya sebagaimana dalam dimensi manusia yang berasal
dari Pencipta maka ia kembali kepada Tuhan sesuai dengan bentuknya misalkan
dalam bentuk imateri maka kembali kepada pencinta dalam bentuk imateri.
sedangkan unsur materi yang berada dalam diri manusia akan kembali kepada
materi yang membentuk jasad manusia.
D.
Manfaat
Mempelajari Filsafat Manusia
Manfaat mempelajari filsafat manusia
berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh. Selain itu,
untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri manusia didalam pemahaman manusia
yang menyeluruh itu. Maksud dari menyeluruh ialah tidak hanya mempelajari dari
segi fisik dan mental, tetapi semua aspek yang berkaitan tentang diri manusia[4].
Filsafat manusia juga dapat membantu
memberikan makna pada apa yang tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan
sebagainya. Secara teoritis, filsafat manusia dapat membantu kita meninjau
secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang
manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan. Manfaat lainnya dalalm
mempelajari filsafat manusia yaitu memberikan pemahaman esensial tentang
manusia dan hakikat tujuan hidup manusia agar lebih bermakna.
Dengan mengetahui dan mengenal siapa
diri manusia, maka manusia menjadi sadar tentang kehadiraya di dunia. Bukan itu
saja, mengenal diri manusia sangat penting, artinya mengenal manusia berarti
membebaskan manusia dari keterasingan, paling tidak terbebas dari keterasingan
diri sendiri.Dengan kata lain, mengenal siapa diri manusia berarti memahami
makna hadirnya manusia di dunia[5].
Hidup
manusia dipimpin oleh pengetahuan manusia sendiri, oleh karena itu mengetahui
kebenaran-kebenaran yang mendasar dalam hidup berarti mengetahui dasar-dasar
hidup yang sebenarnya. Hal ini akan benar-benar Nampak pada etika manusia
tersebut. Dengan mempelajari filsafat manusia berarti mempelajari dasar-dasar
dari esensi manusia. Setelah manusia mengetahui hakikat dirinya maka akan
Nampak pada perubahan etika dalam menjalani kehidupan, serta lebih memaknai
masa hidupnya[6].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat manusia adalah filsafat yang mengajarkan tentang
hakikat manusia, hakikat tujuan kidup manusia, dan kedudukan manusia dimata
tuhan. Hakikat manusia sendiri ialah Individu yang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai
dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Maka manusia harus mempunyai tujuan
yang jelas dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Pada hakikatnya, tujuan
hidup manusia adalah pejumpaan kembali kepada sang pencipta, sehingga segala
perbuatan manusia di dunia yang baik maupun yang buruk, semuanya akan kembali
kepada penciptanya.
B.
Saran
Demikianlah penjelasan dari makalah
ini , semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami mohon
maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas, dimengerti, dan lugas. Karena Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan. Dan Kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
Zainal, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat : PT. Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung 2000
Kattasoff,
O Louis, Pengantar Filsafat : Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta 2002
Latif,
Juraid Abdul, Manusia, Filsafat Dan Sejarah : Sinar Grafika Offset, Jakarta,
2006
Salam,
Burhanudin, Pengantar Filsafat : Bumi Aksara, Jakarta, 2008 https://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/filsafat-manusiasiapakah-manusia/
diakses pada tanggal 16 September 2015 pukul 11:09 WIB
[1]
Abidin, Zainal, Filsafat Manusia,
Memahami Manusia Melalui Filsafat
: PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung 2000 halaman 03
[2]
https://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/filsafat-manusiasiapakah-manusia/
diakses pada tanggal 16 September 2015 pukul 11:09 WIB
[3]
Kattasoff, O Louis, Pengantar Filsafat
: Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta 2002 halaman 281.
[4]
Abidin, Zainal, Filsafat Manusia,
Memahami Manusia Melalui Filsafat
: PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung 2000 halaman 15.
[5]
Latif, Juraid Abdul, Manusia, Filsafat Dan Sejarah : Sinar
Grafika Offset, Jakarta, 2006 halaman 15
[6]
Salam, Burhanudin, Pengantar Filsafat
: Bumi Aksara, Jakarta, 2008 halaman 181
No comments:
Post a Comment