KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mid semester
: Perilaku Organisasi
Dosen
Pengampu : Wahibur Rokhman, Ph.D
Disusun Oleh :
Zaimatul ummah 212447
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
JURUSAN SYARIAH / MBS
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah
makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau
berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam
kelompok tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota
kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu
selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Manusia adalah
makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di
anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana
yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu
mengelola lingkungan dengan baik.
Jika manusia
berjiwa pemimpin, maka akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik &
sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
B. Rumusan
masalah
1.
Apa
pengertian kepemimpinan ?
2.
Apa
dasar-dasar kepemimpinan dalam Islam?
3.
Bagaimana Pemimpin Ideal dalam Perspektif Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
kepemimpinan
Stephen Robbins mendefinisikan kepemimpinan
sebagai “the ability to influence a group toward the achievement of goals.”
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai
serangkaian tujuan. Kata (kemampuan), (pengaruh) dan (kelompok) adalah konsep
kunci dari definisi Robbins.[1]
Kepemimpinan
juga bisa di artikan Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk
pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti
manajerial pada suatu organisasi.
‘Nonsanctioned
Leadership’ merupakan kemampuan untuk member pengaruh di
luar struktur formal organisasi yang kepentingannya sama atau bahkan melebihi
pengaruh struktur formal. Dengan kata lain, seorang pemimpin dapat saja muncul
dalam suatu kelompok walaupun tidak diangkat secara formal.
Arti
kepemimpinan islam atauImamah adalah
konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang meliputi kehidupan
manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat manusia atau
kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi
terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia
dan akhirat sebagai tujuannya.
Kepemimpinan Islam, sudah merupakan fitrah bagian setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah (wakil Allah) di muka bumi :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S.al-Baqarah:30)
Kepemimpinan Islam, sudah merupakan fitrah bagian setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah (wakil Allah) di muka bumi :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S.al-Baqarah:30)
Kholifah
bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.
Sekaligus sebagai abdullah [hamba Allah] yang senantiasa patuh dan terpanggil
untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasulullah :
“Setiap kamu
adalah pemimpim dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya
(responsibelitiy-nya). Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah
tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau
potensi fitrah. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!" (Q.S.al-Baqarah:31), serta kehendak bebas untuk
menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya.
Konsep amanah
yang diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati posisi
senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan
yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi
yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah Allah, yaitu:
1.
Mengerjakan
semua perintah Allah,
2.
Menjauhi
semua larangan-Nya,
3.
Ridha
(ikhlas) menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya.
Selain hubungan dengan pemberi
amanah Allah, juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia serta
lingkungan yang diamanahkan kepadanya (Q.S.Ali Imran:112). Tuntutannya,
diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical manusia dengan
Sang Pemberi (Allah) amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya.[2]
Jika kita
memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang
digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan
hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi,
relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan
mengkoordinasi secara horizontal semata.
Konsep Islam
kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan
mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun
vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai
perencana dan pengambil keputusan (planning and decision maker),
pengorganisasian (organization), kepemimpinan dan motivasi (leading and
motivation), pengawasan (controlling) dan lain-lain.
Uraian di atas,
dapat ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan
orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada
usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.[3]
B. Dasar-dasar kepemimpinan dalam Islam
Dasar Al-qur’an :
a.
Q.S.
Al-Baqoroh :30
واذ قال
ربك
فىالارض خلفه قالوااتجعل فىها وىسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك
قال انى اعلم مالا تعلمون جاعل انىللملئكة
Artinya
: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
b.
Q.S.
Al-An’am : 165
وَهُوَ
الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ
لِيَبْلُوَكُمْ في ما اتاكم ان ربك سريع العقاب وانه لغفوررحيم
artinya :
Dan Dia
lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat
siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[4]
Hadist
Rosuluallah SAW :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ
قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ
بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ
مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ
أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا
مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
Artinya :
Dari
Abdurrahman ibn Smurah ra. Ia berkata : Rasulullah bersabda :”Wahai Abdurrahman
Ibn sammurah, janganlah kamu meminta jabatan. Apabila kamu diberi dan tidak
memintanya, kamu akan mendapat pertolongan Allah dalam melaksanakannya. Dan
jika kau diberi jabatan karena memintanya, jabatan itu diserahkan sepenuhnya.
Apabila kamu bersumpah terhadap satu perbuatan, kemudian kamu melihat ada
perbuatan yang lebih baik, maka kerjakanlah perbuatan yang lebih baik itu.”(Al-Utaibiy:281).
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ دَخَلْتُ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلَانِ مِنْ بَنِي
عَمِّي فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِّرْنَا عَلَى بَعْضِ
مَا وَلَّاكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَقَالَ الْآخَرُ مِثْلَ ذَلِكَ فَقَالَ
إِنَّا وَاللَّهِ لَا نُوَلِّي عَلَى هَذَا الْعَمَلِ أَحَدًا سَأَلَهُ وَلَا
أَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ
Artinya:
Dari Abu Musa
al-Asy’ari ra., ia berkata: bersama dua orang saudara sepupu, saya mendatangi
Nabi Saw. kemudian salah satu diantara keduanya berkata: Wahai Rasulullah,
berilah kami jabatan pada sebagian dari yang telah Allah kuasakan terhadapmu.
Dan yang lain juga berkata begitu. Lalu beliau bersabda: Demi Allah, aku tidak
akan mengangkat pejabat karena memintanya, atau berambisi dengan jabatan itu.
”(Al-Utaibiy:275).[5]
C. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam
Islam adalah agama yang kaafah (sempurna), yang
diturunkan Allah melalui perantara Rosul-Nya yang amanah dengan membawa
syari’at yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan
dengan Allah Swt (Hablum minallah) maupun hubungan dengan manusia
(Hablumminannas), termasuk di antaranya yang paling prinsip adalah masalah
kepemimpinan.
Islam sendiri,
banyak memberi gambaran tentang sosok pemimpin yang benar-benar layak memimpin
umat menuju kemaslahatan, baik dari Al-Qur’an, Hadist, maupun keteladanan Rosul
dan para sahabat. sebagai sosok pemimpin ideal bagi umat Islam, Rosulullah saw.
memiliki beberapa kriteria yang dapat ditentukan dalam hal memilih orang pemimpin
antara lain:
1.
Shidiq
(Jujur)
Kejujuran
adalah lawan dari dusta dan ia memiliki arti kecocokan sesuatu sebagaimana
dengan fakta. Nabi Muhammad saw. sebagai utusan terpercaya Allah jelas tidak
dapat lagi diragukan kejujurannya, kerena apa yang beliau sampaikan adalah
petunjuk (wahyu) Allah yang bertitik pada kebenaran yaitu ridlo Allah.
Sebagaimana difirmankan dalam QS. An-Najm:3-4.
Artinya:
“Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”(QS.
An-Najm:3-4).
2.
Amanah/Terpercaya
Sebelum
diangkat menjadi rasul, nabi Muhammad SAW bahkan telah diberi gelar Al-Amien
yangartinya orang yang dapat dipercaya. Hal ini tentunya karena beliau
adalah pribadi yang benar- banar dapat dipercaya dikalangan kaumnya. Sperti
yang telah dijelaskan oleh Eaton (2006:175). Pada tahun 605 dewan pemerintah
Quraisy memutuskan untuk merenovasi ka’bah, pada saat pemindahan hajar aswad
terjadi sengketa antara bbeberapa klan (bani), ketidak sepakatan ini muncul
karena masing-masing mereka berebut untuk memperoleh kehormatan memindahkan
hajar aswad pada tempatnya. Diputuskan bahwa orang pertama yang masuk lapangan
(segi empat ka’bah) lewat satu pintu tertentu hendaknya diminta bertindak
sebagai juru damai, dan orang pertama yang adalah Muhammad. Ia mengatakan
kepada penduduk untuk menghamparkan sebuah jubah besar, menempatkan batu itu
diatasnya dan memanggil wakil tiap klan untuk bersama-sama mengangkatnya dalam
posisi, kemudian ia sendiri meletakkan batu itu ketempatnya.
Allah mengisyaratkan dengan tegas untuk mengangkat “pelayan rakyat” yang
kuat & dapat dipercaya dalam surat Al-Qoshos ayat 26.
Artinya :
Salah seorang
dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".( Q.S.Al-Qoshos:26).
Amanah
merupakan kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan memiliki sifat
amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah
dibebankan sebagai amanah mulia di atas pundaknya. Kepercayaan maskarakat berupa
penyerahan segala macam urusan kepada pemimpin agar dikelola dengan baik dan
untuk kemaslahatan bersama.
3.
Tablig
(Komunikatif)
Kemampuan
berkomunikasi merupakan potensi dan kualitas prinsip yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Karena dalam kinerjanya mengemban amanat memaslahatkan umat,
seorang pemimpin akan berhadapan dengan kecenderungan masayarakat yang
berbeda-beda. Oleh karena itu komunikasi yang sehat merupakan kunci terjalinnya
hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyat.Allah berfirman:
Artinya :
Hai orang-orang
yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru
kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa
Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Salah satu ciri
kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya menyatakan kebenaran
meskipun konsekuensinya berat. Dalam istilah Arab dikenal ungkapan, “kul
al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau sampaikanlah kebenaran meskipun
pahit rasanya.
4.
Fathonah
(cerdas)
Cerdas sendiri dapat
diartikan sebagai “kemampuan individu untuk memahami, berinovasi, memberikan
bimbingan yang terarah untuk perilaku, dan kemampuan mawas diri. Ia merupakan
kemampuan individu untuk memahami masalah, mencari solusinya, mengukur solusi
atau mengkritiknya, atau memodifikasinya”.(Al-Hajjaj,2009:20).
Kecerdasan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi eksistensi
kepemimpinannya baik di mata manusia maupun dimata sang pencipta.[6] Hal
ini sebagaimana janji Allah yang tertuang dalam surat Al-Mujadalah ayat 11.
Artinya :
“Niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.(Q.S. Al-Mujadalah:11).
Selain
aspek-aspek diatas, masih banyak kiteria yang layaknya dimiliki oleh pemimpin
ideal seperti :
a.
Demokratis
Dalam hal ini pemimpin
tidak sembarang memutuskan sebelum adanya musyawarah yang mufakat. Sebab dengan
keterlibatan rakyat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan
memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa
ditanggung bersama-sama.
Pola
kepemimpinan yang demokratis dapat diteladani dari pribadi Abu Bakar As-Shidiq.
Hal ini dapat dilirik dari kutipan Khutbahnya ketika terpilih sebagai kholifah
pertama.
"Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena
aku yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah
aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah,
sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian
aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. 'Orang
kuat' diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan
mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku
kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian
meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan
oleh Allah Swt. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan
Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban
bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Sholat semoga Allah
Swt melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua". (AsySyarqowi,2010:98).
b.
Keteladanan
(qudwah)
Aspek
keteladanan erat hubungannya dengan budi pekerti (akhlak), dan hal inilah yang
diperankan tokoh pemimpin muslim ideal terdahulu.
Seperti wasiat
nabi kepada Ali yang dikutip dari buku Abdurrahman Asy Sarqowi (2002:10) “
Wahai Ali, maukah aku tunjukkan kepadamu akhlak terbaik orang-orang terdahulu
orang-orang (yang akan datang) kemudian? Ali menjawab, ya, Rosulullah.
Rosulullah saw. kembali bersabda (engkau memberi orang yang kikir kepadamu,
memaafkan orang yang mendzalimimu, dan menyambungkan tali silaturrahmi kepada
orang yang telah memutuskannya”).[7]
Allah berfirman
dalam surat Al-Qolam ayat 4
Artinya :
Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Q.S. Al-Qolam:4).
c.
Kepeloporan
Seorang sebagai
qudwah (panutan) bagi rakyatnya harus memempatkan dirinya pada garda terdepan
(pioneer), yang berarti kinerjanya tidak hanya bermodal intelektual, retorika
yang menjanjikan atau hanya konsep belaka, tapi juga harus dibuktikan dalam
tindakan nyata. Dalam hal ini Allah swt. Menegaskan dalam surat Az-Zumar ayat
20.
Artinya :
“Dan aku
diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri".(Q.S.
Az-Zumar:20).
Para tokoh
pemimpin muslim ideal terdahulu selalu menunjukkan kepeloporannya dalam
memimpin rakyatnya. Sebut saja K.H. Abdurrahman Wahid (gus dur) tokoh
nasionalis yang gigih memperjuangkan pluralism di Indonesia. Gusdur berada di
barisan garda depan untuk memperkuat pluralism di republic ini. Istimewanya,
pluralism yang dikembangkan gus dur tidak hanya pada tataran pemikiran.
Melainkan menjadi sebuah tindakan social-politik.(Misrawi,2002:X).[8]
d.
Menguasai
pengetahuan Agama (religious).
Seorang pemimpin hendaklah menguasai
pengetahuan tentang agama Allah, karena mereka hanya mengembalikan segala
urusan kepada Allah dan Rosul-Nya tidak semata-mata atas dasar keinginan
dirinya sendiri.
e.
Menguasai
managemen (manajerial)
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan
mengelola dan mengorganisasikan system secara teratur, agar terbangun system
pemerintahan yang kokoh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam adalah
agama yang kaafah (sempurna), yang diturunkan Allah melalui perantara Rosul-Nya
yang amanah dengan membawa syari’at yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, baik yang berhubungan dengan Allah Swt (Hablum minallah) maupun
hubungan dengan manusia (Hablumminannas), termasuk di antaranya yang paling
prinsip adalah masalah kepemimpinan.
Sebagai
pemimpin teladan yang menjadi model ideal pemimpin, Rasulullah dikaruniai empat
sifat utama, yaitu: Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathonah. Sidiq berarti jujur
dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga
tanggung jawab, Tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan kepada
rakyatnya dan fathonah berarti cerdas dalam mengelola masyarakat.
Selain
aspek-aspek diatas, masih banyak kiteria yang layaknya dimiliki oleh pemimpin
ideal seperti :
a. Demokratis
b. Keteladanan (qudwah)
c. kepeloporan (pioneer)
d. menguasai
pengetahuan agama (religious)
e. menguasai
manajemen (manajerial)
DAFTAR PUSTAKA
Robbins ,P. Stephen. 2002. Perilaku Organisasi . Jakarta:
Erlangga.
Salim, A.M.
2002. konsepsi kekuasaan politik dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Aunur Rohim
Fakih, dk., 2001, Kepemimpinan Islam, UII Press, Yogyakarta.
Departemen agama, al-quran dan terjemah, Jakarta: sigma,
2010
Al-Utaibiy,A.S.
Mutiara pilihan Riyadhus sholikhin. Solo: At-Tibyan.
Asyarqowi,
Abdurrahman. 2010. Abu Bakar Ash Shidiq : Bandung: Syigma Publishing.
Misrawi,
Zuhaurini. Gus Dur Par Excellence. Jakarta : Kompas.
[1]Robbins ,P. Stephen. 2002. Perilaku
Organisasi . Jakarta: Erlangga.hlmn 87.
[2]Salim, A.M.
2002. konsepsi kekuasaan politik dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
[3]Aunur Rohim Fakih, dk., 2001, Kepemimpinan Islam, UII Press,
Yogyakarta.hlmn 9.
[4] Departemen agama, al-quran dan terjemah, Jakarta: sigma,
2010
[5]Al-Utaibiy,A.S.
Mutiara pilihan Riyadhus sholikhin. Solo: At-Tibyan.
[7] Ibid hlmn 10
No comments:
Post a Comment