PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING
Makalah
Tugas Terstruktur
Disusun Guna Memenuhi Tugas kelompok
Mata Kuliah : Manajemen Operasi
Dosen Pengampu : Tina Martini, SE., M.Si

Disusun Oleh:
Naim Mutohar (212 443)
Norma Firdaus S.A (212 456)
Joko Santoso (212 467)
![]() |
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH / MBS
TAHUN 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan dan menggapai globalisasi serta kemajuan dalam persaingan bisnis
saat ini yang semakin kompleks, setiap perusahaan mau tidak mau harus
meningkatkan daya saing dan mempersiapkan diri menjadi perusahaan yang
kompetiti.
Memiiki daya saing yang tinggi kini
bukan lagi sekedar kebutuhan melainkan suatu keharusan, karena tanpa daya saing
yang tinggi mustahil suatu bisnis dapat bertahan apalagi memenangkan
persaiangan. Sedangkan daya saing itu sendiri adalah kemampuan yang dimiliki
individu ataupun organisasi perusahaan untuk dapat bersaing dalam mendapatkan
market share dalam pasar dengan organisasi atau perusahaan lainnya dengan
segala keungulan produk atau jasa yang mereka tawarkan.
Oleh karena sebab itu, maka dalam
kesampatan kali ini kami akan menyajikan makalah tentang manajemen operasi yang
bertemakan “PRODUKTIVITAS DAYA SAING”. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian
produktivitas dan daya saing?
2.
Bagaimana cara
mengukur produktivitas?
3.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivisas?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produktivitas dan Daya Saing.
I.
Produktivitas.
Secara sederhana produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (input). Menurut J. Raviyanto, dkk (1988) yang mengutip Lembaga Produktivitas
Norwegia bahwa produktivitas adalah hubungan diantara jumlah produk yang
diproduksi dan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk memperoduksi produk
tersebut. Atau dengan rumusan yang lebih umum yaitu rasio antara kepuasan
kebutuhandengan pengorbanan yang diberikan[1].
Sedangkan konsep produktivitas dijelaskan
oleh Ravianto sebagai berikut:
a)
Produktivitas adalah konsep
universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk
semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.
b)
Produktivitas berdasarkan atas
pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana
pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya
secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.
c)
Produktivitas terpadu menggunakan
keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya
lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep
produktivitas secara menyeluruh.
d)
Produktivitas berbeda di
masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang
dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun
masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan
komunikasi.
e)
Produktivitas lebih dari sekedar
ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan
sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai
mutu kehidupan yang baik[2].
Dengan kata lain bahwa produktivitas
memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada
pencapaian target berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua
yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan
realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Pendapat yang demikian itu
menunjukkan bahwa produktivitas mencakup sejumlah persoalan yang terkait dengan
kegiatan manajemen dan teknis operasional.
Unsur-unsur utama sistem operasi dan
produksi adalah kegiatan pengubahan (conversion), sumber daya- sumber
daya (inputs) yang dibutuhkan dalam kegiatan pengubahan tersebut, barang
atau jasa sebagai hasil kegiatan pengubahan, dan umpan balik keterangan (information
feed-back) sehubungan dengan pelaksanaan seluruh kegiatan[3].
Manajemen produksi (operasi) adalah
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari urutan berbagai kegiatan (set
of activities) untuk membuat barang (produk) yang berasal dari bahan baku
dan bahan penolong lain. Proses kegiatan yang mengubah bahan baku menjadi
barang lain yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi disebut proses produksi.
Istilah proses produksi dalam bahasa inggris adalah manufacture atau dibahasaIndonesiakan
manufaktur[4].
Peningkatan produktivitas merupakan
dambaan setiap perusahaan, produktivitas mengandung pengertian berkenaan dengan
konsep ekonomis, filosofis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan
manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya. Sebagai konsep filosofis,
produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal
ini yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan
konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus
ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai sistem.
II.
Daya Saing
Daya saing menurut Michael Porter
(1990) adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output yang dihasilkan
oleh tenaga kerja. Menurut World Economic Forum, daya saing nasional adalah
kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan berkelanjutan[5].
Dimensi Daya
Saing yang dapat di pilih atau dimiliki oleh sebuah usaha manufaktur, digambarkan oleh dimensi dari Manajemen Operasional yaitu[6]
:
- Kualitas ( Quality )
- Biaya ( Cost )
- Kecepatan Menyerahkan (Speed of Delivery )
- Keandalan Penyerahan (Reliability of Delivery)
B. Pengukuran Produktivitas.
Pengukuran
produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan
ekonomi. Dibeberapa Negara maupun
perusahaan pada akhir-akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran
produktivitas. Karena itu sudah saatnya kita membicarakan alasan mengapa kita
harus mengukur produktivitas.
1. Mengapa Mengukur Produktivitas.
Pada tingkat sektoral
dan nasional, produktivitas menunjukkan kegunaannya dalam membantu evaluasi
penampilan, perncanaan, kebijakan pendapatan, upah dan harga melalui
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan,
membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas
kebijakan bantuan, menentukan tingkar pertumbuhan suatu sektor atau ekonomi,
mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi dan
seterusnya.
Pada tingkat
perusahaan, pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana
manajemen untuk menganalisa dan memdorong efisiensi produksi.
Pertama, dengan
pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan
meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian
produktivitas.
Kedua, diskusi tentang
gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar ataupun
dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar bagi
penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif.
Manfaat lain yang
diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan
perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target/sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara
tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling
berkaitan. Pengamatan atas perubahan-perubahan dari gambaran data yang
diperoleh sering nilai diagnostik yang menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam
meningkatkan penampilan oraganisasi. Satu keuntungan dari pengukuran
produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran data melengkapi suatu dasar bagi
andil manfaat atas penmpilan yang ditingkatkan.
2.
Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas
Secara umum pengukuran
produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang
sangat berbeda:
1. Perbandingan-perbandingan
antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak
menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya
mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2. Perbandingan
pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya.
Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
3. perbandingan
pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai
memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Untuk menyusun
perbandingan-perbandingan ini perlulah mempertimbangkan tingkatan daftar
susunan dan perbandingan pengukuran produktivitas.Paling sedikit ada 2 jenis
tingkat perbandingan yang berbeda, yakni produktivitas total dan produktivitas
parsial.
1.
Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan
total masukan (input) persatuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total,
semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total
keluaran harus diperhitungkan.
Prouktivitas
Parsial = 

2.
Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis
masukan atau input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan,
energi, beban kerja, dll.
Prouktivitas
Parsial = 

C.
Faktor
yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja.
Banyak faktor yang dapat mempengruhi
tinggi rendahnya produktivitas kerja, Antara lain:
1. Motivasi.
Motivasi merupakan
keuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan
segala kemampuan yang didmiliki untuk mencapainya.
Pada hakikatnya
motivasi karyawan dan pengusaha berbeda karena adanya perbedaan kepantingan
maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk mencpai tujuan bersama dalam
rangka kelangsungan usaha dan ketenaga kerjaan, sehingga apa yang menajadi
kehendak dan cita-cita kedua belah pihak dapat diwujudkan.
Dengan demikian
karyawan akan mengetahui fungsi, peranan dana tanggung jawab dilingkungan
kerjanya dan dilain pihak pengusaha perlu menumbuhkan iklim kerja yang sehat
dimana hak dan kewajiban karyawan diatur sedemikian rupa selaras dengan fungsi,
peranan dan tanggung jawab karyawan sehingga dapat mendorong motivasi kerja
kearah partisipasi karyawan terhadap perusahaan.
Iklim kerja yang sehat
dapat mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak karyawan maupun dari pihak
pengusaha sehingga mampu menumbuhkan motivasi kerja yang searah antara karyawan
dan pengusaha dalam rangka menciptakan ketentraman kerja dan kelangsungan usaha
kearah peningkatan produksi dan produktivitas kerja.
2. Kedisplinan
Disiplin merupakan
sikap mental yang tecermin dalam
perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan
atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang
berlaku.
3. Etos Kerja.
Etos kerja merupakan
salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan
untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya
untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
4. Keterampilan.
Faktor keterampilan
baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian
produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) teruatama dalam
perubahan teknologi mutakhir.
Seseorang dinyatakan
terampil dan produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan waktu tertentu
dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor
penentu suatu keberhasilan dan produktivitas, karena dari waktu itulah dapat
dimunculkan kecepatan dan percepatan yang akan sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan kehidupan termasuk kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara.
Haruslah disadari
sedalam-dalamnya bahwa era tinggal landas hanya dapat kita wujudkan bila kita
benar-benar memiliki konsep waktu yang tepat serta mampu menguasai dan
memanfaatkan waktu, dan dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas,
sebagai perwujudan dari eksistensi bangsa yang maju dan modern.
5. Pendidikan.
Tingkat pendidikan
harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal.
Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.
Disamping faktor tersebut
diatas, manuaba (1992) mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan
kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas yang tinggi, maka faktor
tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan
manusia pekerja.
Dalam pendidikan maka
kita mengenal tiga faktor yang memberikan dasar penting untuk pengembangan
disiplin ialah sebagai berikut:
a)
Pendidikan umum
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
b)
Pendidikan
politik guna membudayakan kehidupan berdasarkan konstitusi, dwmokrasi pancasila
dan hukum kesadaran hukum kunci penting untuk menegakkan disiplin.
c)
Pendidikan Agama
yang menuju kepada pengendalian diri (self control) yang merupakan hakikat
disiplin, nilai agama tidak boleh dipisahkan dari setiap aktivitas manusia
peranan nilai-nilai keagamaan itu juga dijadikan bagian penting dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, mengamalkan nilai kebenaran agama yang
diarahkan membina disiplin nasional itu wajib, sebagaimana manusia Indonesia
mengamalkan Pancasila[7].
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produktivitas
bukanlah suatu perhitungan kuantitas, tetapi seperti diterangkan dalam bab-bab
terdahulu, adalah suatu ratio, suatu perbandingan dan merupakan suatu
pengukuran matematis dari suatu tingkat efisiensi. Produksi berkaitan dengan
kuantitas, sedangkan produktivitas adalah hasil persatuan dari suatu input
(masukan). Jadi merupakan perbandingan antara output (hasil) dan input
(masukan).
DAFTAR PUSTAKA
·
Pardede
Pontas M.,Manajemen Operasi Dan Produksi: Teori, Model, Dan Kebijakan, ANDI,
Yogyakarta 2005
·
Suryadi
Prawirosentono, Manajemen Operasi, Analisis Dan Studi Kasus,Bumi Aksara
Jakarta, 2000
·
Haming,
Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin,MANAJEMEN PRODUKSI MODERN: Operasi Manufaktur
dan Jasa, jakarta bumi aksara 2007
[3] Pardede
Pontas M.,Manajemen Operasi Dan Produksi: Teori, Model, Dan Kebijakan, ANDI,
Yogyakarta 2005, hal 24
[4] Suryadi
Prawirosentono, Manajemen Operasi, Analisis Dan Studi Kasus,Bumi Aksara,
JAKARTA, 2000, hal 1
[6]Haming,
Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin,MANAJEMEN PRODUKSI MODERN: Operasi
Manufaktur dan Jasa, Bumi Aksara, JAKARTA 2007, hal 42
No comments:
Post a Comment