Halaman

Tuesday, March 12, 2019

PENGERTIAN, SEJARAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN OPERASIONAL



PENGERTIAN, SEJARAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN OPERASIONAL
Makalah
Tugas Terstruktur
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah : Manajemen Oprasional
Dosen Pengampu : Tina Martini, SE., M.Si












Disusun Oleh:
1.      Nor Achmad Faris            (212444)
2.      Fahrun Niam                    (212469)
3.      Sitta Wuri Handayani      (212474)
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH / MBS
TAHUN 2014



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Telah banyak dikatakan bahwa tujuan umum perusahaan (bisnis) adalah membuat suatu produk atau jasa dengan biaya yang serendah-rendahnya, menjual dengan harga wajar, dan membentuk kebiasaan. Bila kita menganalisa pernyataan ini, kita mendapatkan dua fungsi esensial setiap perusahaan dan pemasaran. Fungsi pemasaran berkenaan dengan isi permintaan (demand side) misal, seleksi “pembentukan kebiasaan” dan penentuan harga. Sedangkan produksi berurusan dengan sisi penawaran (supply side) misal, penciptaan produk dengan biaya seminimal mungkin dari seluruh tipe organisasi, baik manufaktur (pabrikasi), jasa, perusahaan swasta, perusahaan negara, bermotif keuntungan maupun tanpa keuntungan.
Bidang- bidang tanggung jawab fungsional lainnya mencakup keuangan, yang penting bagi penyediaan modal sendiri dan hutang secukupnya pada saat yang tepat untuk membayar karyawan, bahan –bahan dan fasilitas-fasilitas. Kemudian, ada para spesialis personalia yang menarik dan melatih para karyawan, mengembangkan rencana-rencana pembayaran untuk mereka, dan membantu dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan mereka, serta bidang-bidang fungsional lainnya.


B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Operasi ?
2. Bagaimana Sejarah Manajemen Operasi ?
3. Bagaimana Pembuatan Keputusan dalam Manajemen Operasi ?








BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Operasi
Kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan operasi-operasi tidak hanya menyangkut pemrosesan (manufacturing) berbagai barang. Jelas bahwa kegiatan-kegiatan produksi banyak dilaksanakan diperusahaan-perusahaan manufacturing yang membentuk tulang belakang masyarakat konsumen kita melalui produksi berbagai macam produk.tapi, orang-orang juga melaksanakan kegiatan-kegiatan produksi dalam organisasi-organisasi yang menyediakan berbagai bentuk jasa. Organisasi-organisasi penyedia jasa seperti bisnis perbankan, asuransi, transportasi, hotel dan restaurant memproduksi jasa (pelayanan) sebanding dengan perusahaan-perusahaan manufacturing memproduksi mobil, perabot, dan makanan dalam kaleng.
Istilah manajemen produksi yang telah dipakai secara meluas, dipandang kurang mencakup seluruh kegiatan sistem-sistem produktif dalam masyarakat ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan suatu istilah yang cakupannya luas seperti manajemen operasi. Istilah ini telah digunakan oleh sejumlah penulis yang praktisi. Meskipun demikian pada masa transisi, istilah yang sering digunakan adalah manajemen produksi/operasi (O/P) atau manajemen produksi dan operasi.[1]
Manajemen operasi adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya- sumber daya atau sering disebut faktor-faktor produksi, tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa. Manajemen operasi juga didefinisikan sebagai pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial yang dibawakan dalam pemilihan, perancangan, pembaharuan, pengoperasian, dan pengawasan sistem-sistem produktif.[2]
B. Sejarah Manajemen Operasi (MO)
Manajemen operasi telah ada sejak orang mulai memproduksi barang-barang dan jasa. Meskipun awal mula operasi-operasi dapat ditelusur sampai peradaban permulaan, pembahasan akan dipusatkan pada duaratus tahun terakhir.
Sejarah perkembangan manajemen operasi akan diuraikan menurut aliran-aliran utama yaitu :
a. Pembagian Kerja (devision of labor)
Didasarkan atas konsep yang sangat sederhana. Spesialisasi tenaga kerja pada suatu tugas tunggal dapat menghasilkan produktifitas dan efisiensi lebih besar daripada penugasan seorang karyawan pada banyak tugas. Ahli ekonomi pertama yang membahas konsep ini adalah Adam Smith, dalam bukunya Klasik The Wealth of Nations (1776). Smith mengemukakan bahwa spesialisasi tenaga kerja akan meningkatkan keluaran karena tiga faktor, meliputi : peningkatan ketrampilan karyawan, penghematan waktu yang hilang karena perubahan pekerjaan-pekerjaan, dan penemuan peralatan-peralatan dan mesin-mesin.
b. Revolusi Industri
Pada pokoknya merupakan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Sumbangan besar diberikan pada revolusi ini dalam tahun 1764 oleh James Watt dengan penemuan mesin uapnya yang merupakan sumber utama tenaga mesin mobil untuk pertanian dan pabrik-pabrik. Revolusi industri dikembangkan lebih lanjut pada akhir tahun 1800-an dengan pengembangan bahan bakar mesin dan listrik. Pada permulaan abad itu, konsep-konsep produksi massa berkembang tetapi tidak digunakan secara meluas sampai perang dunia pertama, ketika permintaan-permintaan akan produksi meningkat pesat dalam industri Amerika.
c. Manajemen Ilmiah.
Gagasan-gagasan tentang manajemen ilmiah pertama kali dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor sekitar awal tahun 1900 an. Dalam manajemen operasi, manajemen ilmiah mempunyai dua pengertian yaitu pertama manajemen ilmiah merupakan penerapan metode-metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah-masalah operasi. Sedangkan arti kedua, manajemen ilmiah merupakan seperangkat mekanisme-mekanisme dan teknik-teknik untuk meningkatkan efisiensi operasi organisasi.
Pemikiran aliran manajemen ilmiah bertujuan untuk menemukan metode kerja terbaik melalui pendekatan ilmiah berikut ini :
1. Observasi metode-metode kerja sekarang dan pengembangan metode-metode kerja yang lebih baik melalui pengukuran dan analisis ilmiah.
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab.
3. Latihan dan pengembangan para karyawan.
4. Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
d. Hubungan Manusiawi
Pendekatan hubungan manusiawi menekankan pentingnya motivasi dan unsur manusia dalam desain kerja. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam pendekatan hubungan manusiawi telah melengkapi pendekatan manajemen ilmiah sebagai usaha untuk meningkatkan produktifitas. Pendekatan ini dikembangkan oleh Elton Mayo dkk dalam studinya tentang prilaku karyawan pada perusahaan Western Electric.
e. Model-Model Keputusan Kuantitatif
Model-model keputusan dapat digunakan untuk menyajikan suatu sistem produktif dalam model-model matematikal. Suatu model keputusan dinyatakan dalam berbagai ukuran “performance” batasan dan variabel keputusan. Model ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai optimal atau memuaskan berbagai variabel keputusan yang akan meningkatkan “performance” system dengan batasan-batasan yang ada.
f. Komputer
Penggunaan komputer telah mengubah secara dramatis bidang manajemen operasi sejak komputer diperkenalkan pertama kali dalam bisnis pada tahun 1950. Hampir semua operasi-operasi organisasi sekarang mulai memanfaatkan komputer-komputer untuk manajemen persediaan, scheduling produksi, pengawasan kualitas dan sistem-sistem pembiayaan.[3]
C. Pembuatan Keputusan dalam Manajemen Operasi
 Pembuatan keputusan merupakan elemen penting manajemen operasi. Karena semua manajer operasi harus membuat keputusan-keputusan. Pembuatan keputusan dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda. Dari sudut pandangan sempit, pembuatan keputusan adalah kegiatan pemilihan diantara berbagai alternative yang berbeda (choice making). Dari sudut pandangan lebih luas, pembuatan keputusan menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
a. Proses pembuatan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut:
1.    Perumusan masalah. Manajer perlu merumuskan masalah atau kesempatan kerja secara jelas. Kebutuhan akan keputusan sering berupa suatu masalah atau suatu kesempatan dalam berbagai bentuk. Kebutuhan-kebutuhan ini dalam kenyataannya sulit diketemukan, atau bahkan sering hanya mengidentifikasi-kan gejala masalah bukan penyebab yang mendasar. Untuk mempermudah identifikasi masalah, para manajer operasi dapat menggunakan beberapa cara. Pertama, manajer secara sistematik menguji hubungan sebab-akibat. Kedua, manajer mencari penyimpangan-penyimpangan dari “normal”. Atau bisa juga manajer berkonsultasi dengan pihak-pihak yang mempunyai wawasan yang lebih.
2.    Pengembangan alternatif-alternatif. Setelah masalah ditentukan dan dirumuskan, langkah selanjutnya ialah pengumpulan dan analisa data yang relevan. Atas dasar data tersebut satu atau lebih alternatif dikembangkan sebelum suatu keputusan dibuat. Pengembangan alternatif-alternatif sering merupakan tahap yang paling sulit dan memerlukan pemikiran-pemikiran yang kreatif.
3.    Evaluasi alternatif-alternatif. Hal ini tergantung pada pemilihan kriteria keputusan yang tepat. Evaluasi alternatif sering melibatkan kriteria-kriteria yang saling bertentangan. Sebagai contoh, keputusan untuk menggunakan mesin baru dalam operasi-operasi mungkin akan mengurangi biaya-biaya, tetapi hal ini mungkin juga akan menurunkan fleksibilitas. Jadi, trade offs harus dibuat antara berbagai kriteria dan sasaran yang saling bertentangan. Dalam banyak kasus, evaluasi berbagai alternatif dipermudah dengan menggunakan model-model matematik formal.
4.    Pemilihan alternatif terbaik. Meskipun kualitas analisis yang dilakukan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif cukup tinggi, pemilihannya jarang menjadi mudah dan jelas. Hal ini dikarenakan masalah-masalah keputusan sulit disajikan secara lengkap dalam bentuk kuantitatif dan kriteria yang digunakan saling bertentangan. Oleh karena itu, alternatif terpilih sering hanya berdasarkan pada jumlah informasi terbatas yang tersedia bagi manajer dan ketidak sempurnaan kebijakan manajer. Pemilihan alternatif terbaik juga sering merupakan kompromi di antara berbagai faktor yang dipertimbangkan.

5.    Implementasi keputusan. Suatu keputusan belum selesai sebelum dilaksanakan dan diterapkan dalam praktek. Implementasi memerlukan perubahan cara orang berprilaku, sehingga pembuat keputusan dapat dipandang sebagai pengantar perubahan (change agent). Implementasi keputusan tidak hanya sekedar pemberian perintah, tetapi manajer harus menetapkan skedul kegiatan atau anggaran, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan, serta melimpahkan wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan tugas tertentu.

6.    Evaluasi hasil-hasil. Setelah keputusan diimplementasikan, manajer harus memonitornya terus menerus. Manajer perlu mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan tepat dan keputusan memberikan hasil yang diharapkan.
b. Kerangka Keputusan-Keputusan Operasi
Kerangka keputusan ini menyatakan bahwa operasi-operasi mempunyai lima tanggung jawab keputusan utama, yaitu:
1.      Proses. Keputusan-keputusan dalam kategori ini dimaksudkan untuk merancang proses produksi secara fisik mencakup seleksi tipe proses, pemilihn teknologi, analisis aliran proses, penentuan lokasi fasilitas dan layout fasilitas, dan penanganan bahan (materials handling).
2.      Kapasitas. Keputusan-keputusan kapasitas ditujukan pada penyediaan volume keluaran yang optimal bagi organisasi, tidak terlalu sedikit ataupun sedikit.
3.      Persediaan. Merupakan harta penting yang harus dikelola secara baik. Para manajer persediaan membuat keputusan-keputusan yang berkenaan dengan pengelolaan sistem logistik dari pembelian sampai penyimpanan persediaan bahan mentah, barang dalam proses dan produk akhir.
4.      Tenaga kerja. Bidang tanggung jawab keputusan ini bersangkutan dengan perancangan dan pengelolaan tenaga kerja dalam operasi-operasi.
5.      Kualitas. Fungsi operasi terutama bertanggung jawab atas kualitas barang dan jasa yang dihasilkan.
c. Kriteria untuk Keputusan Operasi
Proses ini dapat dilakukan dengan mudah melalui pengenalan bahwa pada umumnya ada empat sasaran dalam operasi, yaitu:
1.      Biaya. Sasaran biaya adalah sangat penting dalam operasi. Biaya mesti dirancang seefisien mungkin guna menghasilkan pengahasilan yang lebih.
2.      Kualitas. Sasaran kualitas berkaitan dengan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan oleh operasi-operasi. Sasaran ini dipengaruhi baik oleh desain produk maupun cara produk dibuat dalam operasi-operasi.
3.      Dependability. Sebagai suatu sasaran, hal ini menyangkut dapat diandalkannya suplai barang dan jasa. Dalam operasi-operasi Dependability dapat diukur dengan persentase kekurangan bahan, persentase pemenuhan janji pengiriman, dan kriteria lain.
4.      Fleksibilitas. Fleksibilitas menyangkut kemampuan operasi-operasi untuk membuat perubahan dalam desain produk atau dalam kapasitas produksi, dan sebagainya, untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan-kegiatan operasi manajemen produksi dan manajemen operasi tidak hanya menyangkut pemrosesan (konvensi) berbagai input bahan mentah menjadi output berupa barang atau jasa, namun  bagaimana suatu barang yang diproduksi dapat memenuhi permintaan konsumen dan memenuhi tujuan perusahaan.
Maka dari itu pengambilan keputusan yang baiklah yang menjadi hal yang krusial dalam manajemen opersi. Proses pengambilan keputusan sesuai pembahasan di atas dapat digambarkan dalam beberapa urutan langkah-langkah, yaitu: perumusan masalah, pengembangan alternatif-alternatif, evaluasi alternatif-alternatif, pemilihan, implementasi, dan evaluasi hasil-hasil. Dalam proses pengambilan keputusan diperlukan suatu kerangka keputusan-keputusan operasi yang mempunyai lima tanggung jawab keputusan utama, yaitu: proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas.
DAFTAR PUSTAKA
T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, 1984, BPFE : Yogyakarta.
Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano, Production and Operations Management, edisi ketiga, Richard D. Irwin, Inc.,Homewood,1IIinois, 1981


[1] T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, 1984, BPFE : Yogyakarta. Hlm.2
[2] Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano, Production and Operations Management, edisi ketiga, Richard D. Irwin, Inc.,Homewood,1IIinois, 1981 hlm. 4-5
[3] T. Hani Handoko, Opcit. Hlm. 9-14

No comments:

Post a Comment