PENGERTIAN, SEJARAH DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN OPERASIONAL
Makalah
Tugas Terstruktur
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah : Manajemen Oprasional
Dosen Pengampu : Tina Martini, SE., M.Si

Disusun Oleh:
1.
Nor Achmad
Faris (212444)
2.
Fahrun Niam (212469)
3.
Sitta Wuri
Handayani (212474)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH / MBS
TAHUN 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah banyak dikatakan bahwa tujuan umum perusahaan
(bisnis) adalah membuat suatu produk atau jasa dengan biaya yang
serendah-rendahnya, menjual dengan harga wajar, dan membentuk kebiasaan. Bila
kita menganalisa pernyataan ini, kita mendapatkan dua fungsi esensial setiap
perusahaan dan pemasaran. Fungsi pemasaran berkenaan dengan isi permintaan (demand side) misal, seleksi “pembentukan
kebiasaan” dan penentuan harga. Sedangkan produksi berurusan dengan sisi
penawaran (supply side) misal,
penciptaan produk dengan biaya seminimal mungkin dari seluruh tipe organisasi,
baik manufaktur (pabrikasi), jasa, perusahaan swasta, perusahaan negara,
bermotif keuntungan maupun tanpa keuntungan.
Bidang- bidang tanggung jawab fungsional lainnya
mencakup keuangan, yang penting bagi penyediaan modal sendiri dan hutang
secukupnya pada saat yang tepat untuk membayar karyawan, bahan –bahan dan
fasilitas-fasilitas. Kemudian, ada para spesialis personalia yang menarik dan
melatih para karyawan, mengembangkan rencana-rencana pembayaran untuk mereka,
dan membantu dalam evaluasi pelaksanaan kegiatan mereka, serta bidang-bidang
fungsional lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Operasi ?
2. Bagaimana Sejarah Manajemen Operasi ?
3.
Bagaimana Pembuatan Keputusan dalam Manajemen Operasi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Operasi
Kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan
operasi-operasi tidak hanya menyangkut pemrosesan (manufacturing) berbagai
barang. Jelas bahwa kegiatan-kegiatan produksi banyak dilaksanakan
diperusahaan-perusahaan manufacturing yang membentuk tulang belakang masyarakat
konsumen kita melalui produksi berbagai macam produk.tapi, orang-orang juga
melaksanakan kegiatan-kegiatan produksi dalam organisasi-organisasi yang
menyediakan berbagai bentuk jasa. Organisasi-organisasi penyedia jasa seperti
bisnis perbankan, asuransi, transportasi, hotel dan restaurant memproduksi jasa
(pelayanan) sebanding dengan perusahaan-perusahaan manufacturing memproduksi
mobil, perabot, dan makanan dalam kaleng.
Istilah manajemen produksi yang telah dipakai secara
meluas, dipandang kurang mencakup seluruh kegiatan sistem-sistem produktif
dalam masyarakat ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan suatu istilah yang
cakupannya luas seperti manajemen operasi. Istilah ini telah digunakan oleh
sejumlah penulis yang praktisi. Meskipun demikian pada masa transisi, istilah
yang sering digunakan adalah manajemen produksi/operasi (O/P) atau manajemen
produksi dan operasi.[1]
Manajemen operasi adalah usaha-usaha
pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya- sumber daya atau sering
disebut faktor-faktor produksi, tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan
mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja
menjadi berbagai produk dan jasa. Manajemen operasi juga didefinisikan sebagai
pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial yang dibawakan dalam pemilihan,
perancangan, pembaharuan, pengoperasian, dan pengawasan sistem-sistem
produktif.[2]
B. Sejarah Manajemen
Operasi (MO)
Manajemen operasi telah ada sejak orang mulai
memproduksi barang-barang dan jasa. Meskipun awal mula operasi-operasi dapat
ditelusur sampai peradaban permulaan, pembahasan akan dipusatkan pada duaratus tahun
terakhir.
Sejarah perkembangan manajemen operasi
akan diuraikan menurut aliran-aliran utama yaitu :
a. Pembagian Kerja (devision of labor)
Didasarkan atas konsep yang sangat
sederhana. Spesialisasi tenaga kerja pada suatu tugas tunggal dapat
menghasilkan produktifitas dan efisiensi lebih besar daripada penugasan seorang
karyawan pada banyak tugas. Ahli ekonomi pertama yang membahas konsep ini
adalah Adam Smith, dalam bukunya Klasik The Wealth of Nations (1776). Smith
mengemukakan bahwa spesialisasi tenaga kerja akan meningkatkan keluaran karena
tiga faktor, meliputi : peningkatan ketrampilan karyawan, penghematan waktu
yang hilang karena perubahan pekerjaan-pekerjaan, dan penemuan
peralatan-peralatan dan mesin-mesin.
b. Revolusi Industri
Pada pokoknya merupakan penggantian tenaga manusia
dengan tenaga mesin. Sumbangan besar diberikan pada revolusi ini dalam tahun
1764 oleh James Watt dengan penemuan mesin uapnya yang merupakan sumber utama
tenaga mesin mobil untuk pertanian dan pabrik-pabrik. Revolusi industri
dikembangkan lebih lanjut pada akhir tahun 1800-an dengan pengembangan bahan
bakar mesin dan listrik. Pada permulaan abad itu, konsep-konsep produksi massa
berkembang tetapi tidak digunakan secara meluas sampai perang dunia pertama, ketika
permintaan-permintaan akan produksi meningkat pesat dalam industri Amerika.
c. Manajemen Ilmiah.
Gagasan-gagasan tentang manajemen ilmiah pertama
kali dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor sekitar awal tahun 1900 an.
Dalam manajemen operasi, manajemen ilmiah mempunyai dua pengertian yaitu
pertama manajemen ilmiah merupakan penerapan metode-metode ilmiah pada studi,
analisa dan pemecahan masalah-masalah operasi. Sedangkan arti kedua, manajemen
ilmiah merupakan seperangkat mekanisme-mekanisme dan teknik-teknik untuk
meningkatkan efisiensi operasi organisasi.
Pemikiran
aliran manajemen ilmiah bertujuan untuk menemukan metode kerja terbaik melalui
pendekatan ilmiah berikut ini :
1.
Observasi metode-metode kerja sekarang dan pengembangan metode-metode kerja
yang lebih baik melalui pengukuran dan analisis ilmiah.
2.
Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung
jawab.
3.
Latihan dan pengembangan para karyawan.
4.
Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
d. Hubungan Manusiawi
Pendekatan hubungan manusiawi menekankan
pentingnya motivasi dan unsur manusia dalam desain kerja. Pemuasan
kebutuhan-kebutuhan sosial dalam pendekatan hubungan manusiawi telah melengkapi
pendekatan manajemen ilmiah sebagai usaha untuk meningkatkan produktifitas.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Elton Mayo dkk dalam studinya tentang prilaku
karyawan pada perusahaan Western Electric.
e. Model-Model Keputusan Kuantitatif
Model-model keputusan dapat digunakan
untuk menyajikan suatu sistem produktif dalam model-model matematikal. Suatu
model keputusan dinyatakan dalam berbagai ukuran “performance” batasan dan
variabel keputusan. Model ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai optimal
atau memuaskan berbagai variabel keputusan yang akan meningkatkan “performance” system dengan
batasan-batasan yang ada.
f. Komputer
Penggunaan komputer telah mengubah
secara dramatis bidang manajemen operasi sejak komputer diperkenalkan pertama
kali dalam bisnis pada tahun 1950. Hampir semua operasi-operasi organisasi
sekarang mulai memanfaatkan komputer-komputer untuk manajemen persediaan,
scheduling produksi, pengawasan kualitas dan sistem-sistem pembiayaan.[3]
C.
Pembuatan Keputusan dalam Manajemen Operasi
Pembuatan keputusan merupakan elemen penting
manajemen operasi. Karena semua manajer operasi harus membuat
keputusan-keputusan. Pembuatan keputusan dapat dipandang dari berbagai
perspektif yang berbeda. Dari sudut pandangan sempit, pembuatan keputusan adalah
kegiatan pemilihan diantara berbagai alternative yang berbeda (choice making). Dari sudut pandangan
lebih luas, pembuatan keputusan menggambarkan proses melalui serangkaian
kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
a. Proses pembuatan keputusan dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Perumusan
masalah. Manajer perlu merumuskan masalah atau kesempatan kerja secara jelas.
Kebutuhan akan keputusan sering berupa suatu masalah atau suatu kesempatan
dalam berbagai bentuk. Kebutuhan-kebutuhan ini dalam kenyataannya sulit
diketemukan, atau bahkan sering hanya mengidentifikasi-kan gejala masalah bukan
penyebab yang mendasar. Untuk mempermudah identifikasi masalah, para manajer
operasi dapat menggunakan beberapa cara. Pertama, manajer secara sistematik
menguji hubungan sebab-akibat. Kedua, manajer mencari penyimpangan-penyimpangan
dari “normal”. Atau bisa juga manajer berkonsultasi dengan pihak-pihak yang
mempunyai wawasan yang lebih.
2. Pengembangan
alternatif-alternatif. Setelah masalah ditentukan dan dirumuskan, langkah
selanjutnya ialah pengumpulan dan analisa data yang relevan. Atas dasar data
tersebut satu atau lebih alternatif dikembangkan sebelum suatu keputusan
dibuat. Pengembangan alternatif-alternatif sering merupakan tahap yang paling
sulit dan memerlukan pemikiran-pemikiran yang kreatif.
3. Evaluasi
alternatif-alternatif. Hal ini tergantung pada pemilihan kriteria keputusan
yang tepat. Evaluasi alternatif sering melibatkan kriteria-kriteria yang saling
bertentangan. Sebagai contoh, keputusan untuk menggunakan mesin baru dalam
operasi-operasi mungkin akan mengurangi biaya-biaya, tetapi hal ini mungkin
juga akan menurunkan fleksibilitas. Jadi, trade
offs harus dibuat antara berbagai kriteria dan sasaran yang saling
bertentangan. Dalam banyak kasus, evaluasi berbagai alternatif dipermudah
dengan menggunakan model-model matematik formal.
4. Pemilihan
alternatif terbaik. Meskipun kualitas analisis yang dilakukan untuk
mengevaluasi alternatif-alternatif cukup tinggi, pemilihannya jarang menjadi
mudah dan jelas. Hal ini dikarenakan masalah-masalah keputusan sulit disajikan
secara lengkap dalam bentuk kuantitatif dan kriteria yang digunakan saling
bertentangan. Oleh karena itu, alternatif terpilih sering hanya berdasarkan
pada jumlah informasi terbatas yang tersedia bagi manajer dan ketidak
sempurnaan kebijakan manajer. Pemilihan alternatif terbaik juga sering
merupakan kompromi di antara berbagai faktor yang dipertimbangkan.
5. Implementasi
keputusan. Suatu keputusan belum selesai sebelum dilaksanakan dan diterapkan
dalam praktek. Implementasi memerlukan perubahan cara orang berprilaku,
sehingga pembuat keputusan dapat dipandang sebagai pengantar perubahan (change agent). Implementasi keputusan
tidak hanya sekedar pemberian perintah, tetapi manajer harus menetapkan skedul
kegiatan atau anggaran, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang
diperlukan, serta melimpahkan wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan tugas
tertentu.
6. Evaluasi
hasil-hasil. Setelah keputusan diimplementasikan, manajer harus memonitornya terus
menerus. Manajer perlu mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan tepat
dan keputusan memberikan hasil yang diharapkan.
b.
Kerangka Keputusan-Keputusan Operasi
Kerangka
keputusan ini menyatakan bahwa operasi-operasi mempunyai lima tanggung jawab
keputusan utama, yaitu:
1. Proses.
Keputusan-keputusan dalam kategori ini dimaksudkan untuk merancang proses
produksi secara fisik mencakup seleksi tipe proses, pemilihn teknologi,
analisis aliran proses, penentuan lokasi fasilitas dan layout fasilitas, dan
penanganan bahan (materials handling).
2. Kapasitas.
Keputusan-keputusan kapasitas ditujukan pada penyediaan volume keluaran yang
optimal bagi organisasi, tidak terlalu sedikit ataupun sedikit.
3. Persediaan.
Merupakan harta penting yang harus dikelola secara baik. Para manajer
persediaan membuat keputusan-keputusan yang berkenaan dengan pengelolaan sistem
logistik dari pembelian sampai penyimpanan persediaan bahan mentah, barang
dalam proses dan produk akhir.
4. Tenaga
kerja. Bidang tanggung jawab keputusan ini bersangkutan dengan perancangan dan
pengelolaan tenaga kerja dalam operasi-operasi.
5. Kualitas.
Fungsi operasi terutama bertanggung jawab atas kualitas barang dan jasa yang
dihasilkan.
c.
Kriteria untuk Keputusan Operasi
Proses
ini dapat dilakukan dengan mudah melalui pengenalan bahwa pada umumnya ada
empat sasaran dalam operasi, yaitu:
1. Biaya.
Sasaran biaya adalah sangat penting dalam operasi. Biaya mesti dirancang
seefisien mungkin guna menghasilkan pengahasilan yang lebih.
2. Kualitas.
Sasaran kualitas berkaitan dengan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
oleh operasi-operasi. Sasaran ini dipengaruhi baik oleh desain produk maupun
cara produk dibuat dalam operasi-operasi.
3. Dependability.
Sebagai suatu sasaran, hal ini menyangkut dapat diandalkannya suplai barang dan
jasa. Dalam operasi-operasi Dependability dapat diukur dengan persentase
kekurangan bahan, persentase pemenuhan janji pengiriman, dan kriteria lain.
4. Fleksibilitas.
Fleksibilitas menyangkut kemampuan operasi-operasi untuk membuat perubahan
dalam desain produk atau dalam kapasitas produksi, dan sebagainya, untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kegiatan-kegiatan
operasi manajemen produksi dan manajemen operasi tidak hanya menyangkut
pemrosesan (konvensi) berbagai input bahan mentah menjadi output berupa barang
atau jasa, namun bagaimana suatu barang
yang diproduksi dapat memenuhi permintaan konsumen dan memenuhi tujuan
perusahaan.
Maka
dari itu pengambilan keputusan yang baiklah yang menjadi hal yang krusial dalam
manajemen opersi. Proses pengambilan keputusan sesuai pembahasan di atas dapat
digambarkan dalam beberapa urutan langkah-langkah, yaitu: perumusan masalah,
pengembangan alternatif-alternatif, evaluasi alternatif-alternatif, pemilihan, implementasi,
dan evaluasi hasil-hasil. Dalam proses pengambilan keputusan diperlukan suatu
kerangka keputusan-keputusan operasi yang mempunyai lima tanggung jawab
keputusan utama, yaitu: proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan
kualitas.
DAFTAR PUSTAKA
T. Hani Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi,
1984, BPFE : Yogyakarta.
Richard B. Chase dan
Nicholas J. Aquilano, Production and
Operations Management, edisi ketiga, Richard D. Irwin,
Inc.,Homewood,1IIinois, 1981
No comments:
Post a Comment