Halaman

Tuesday, March 12, 2019

Metodologi Studi Islam: RAGAM PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER II


RAGAM PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER II


MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu: Suhadi, M.Si




 











Disusun oleh:

                                    Linda Safitri Oktafiani                         (212 463)
                                    Fahrun Ni’am                                      (212 469)
                                    Miftakhul Naimatul Zaroah     (212 472)
                                    Cholisotul Ilmiah                                 (212 328)
                                               


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI'AH / MBS
TAHUN 2014





BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Beragama atau berkeyakinan adalah suatu fitrah bagi manusia. Agama sebagai pegangan hidup manusia, tentu tak hanya berhenti sebagai pemikiran ideal belaka, melainkan, seiring perjalanan waktu, harus diterjemahkan dalam bingkai realitas kehidupan manusia. Agama kemudian mencari posisinya yang apresiatif terhadap realitas, namun tanpa mereduksi prinsip-prinsipnya sendiri. Pada titik inilah, pemikiran keagamaan menjadi suatu hal yang patut diperjuangkan.
Saat ini, Islam dihadapkan pada tantangan-tantangan kontemporer yang kompleks, yang tentu dibutuhkan penanganan yang baik dengan metodologi yang kontemporer pula. Namun demikian, pada kenyataannya banyak cara yang ditempuh orang-orang Islam dalam kancah pemikiran Islam kontemporer, yang hasilnya pun tidak seragam meski tujuan tetap sama yaitu menegakkan Islam sebagai sebenar-benarnya rahmatan llil ‘alamin.
Dalam Studi Islam Kontemporer terkait dengan Fundamentalisme, tradisionalisme dan sekulerisme yang memiliki hakikat tersendiri yang desetujui dan tidak disetujui karena perbedaan paham disetiap pihak tertentu termasuk dalam aspek Islam.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Islam Kontemporer?
2.      Bagaimana Ragam Pemikiran Islam Kontemporer Fundamentalisme?
3.      Bagaimana Ragam Pemikiran Islam Kontemporer Tradisionalisme?
4.      Bagaimana Ragam Pemikiran Islam Kontemporer Sekulerisme?



BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Islam Kontemporer
Dunia kontemporer islam atau dunia pembaruan islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Adanya globalisasi menyebabkan zaman semakin maju, dan pemikiran islam pun mengalami kemajuan juga untuk mengikuti kemajuan zaman yang pada dasarnya tifak keluar dari sumber hukum islam. Akan tetapi kebudayaan leluhur tersebut bisa dilestarikan, apabila bertujuan untuk shodaqoh dan bukan atas dasar kepercayaan pada hal-hal yang mistis. Yang menjadi persoalan adalah apakah budaya yang dilakukan oleh para pendahulu kita sesuai dengan ajaran islam yang sebenarnya atau tidak, seperti budaya slametan yang berhubungan dengan kelahiran, contoh: tingkeban, pasaran, pitonan, dll.
Masih banyak lagi budaya yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, yang faktanya hingga sekarang masih terdapat masyarakat islam yang mengamalkan budaya tersebut. Meskipun zaman sudah modern, tetapi sebagian menganggap bahwa budaya itu harus tetap dilestarikan, meskipun banyak lembaga yang tidak sepakat dengan pengamalan budaya tersebut.[1]

  1. Ragam Pemikiran Islam Kontemporer Fundamentalisme
1.      Pengertian Fundamentalisme
Fundamentalisme adalah  paham atau pemikiran yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas.  Secara etimologi fundamentalisme berasal dari kata fundamental yang berarti hal-hal yang mendasar atau asas-asas. Sebagai sebuah gerakan (komunitas) keagamaan.


fundamentalis dipahami sebagai penganut gerakan keagamaan yang bersifat reaksioner, yang memiliki doktrin untuk kembali kepada ajaran agama yang asli seperti tersurat dalam kitab suci. [2]
Model pemikiran ini yaitu model pemikiran yang sepenuhnya percaya pada doktrin Islam sebagai satu-satunya alternatif bagi kebangkitan Islam dan manusia. Mereka biasanya dikenal sangat commited pada aspek religius budaya Islam. Bagi mereka, Islam telah mencakup segala aspek kehidupan sehingga tidak memerlukan segala teori dan metode dari luar, apalagi Barat. Garapan utamanya adalah menghidupkan kembali Islam sebagai agama, budaya sekaligus peradaban, dengan menyerukan untuk kembali pada sumber asli (al-Qur’an dan Sunnah) dan mempraktekkan ajaran Islam sebagaimana yang dilakukan Rasul dan Khulafa’ al-Rasyidin. Tradisi dan Sunnah Rasul harus dihidupkan kembali dalam kehidupan modern sebagai bentuk kebangkitan Islam[3]
Adanya fundamentalisme dalam agama juga telah memunculkan bebera organisasi kemasyarakatan. Lebih tepatnya bukan organisasi tetapi majelis ilmu, karena didalamnya juga membahas kajian-kajian tentang islam.
2.      Islam Terhadap Fundamentalisme
Telah dijelaskan sebelumnya mengenai istilah-istilah tentang fundamentalisme. Dalam kamus-kamus lama, baik kamus bahasa maupun kamus istilah, disebutnya istilah ushuliyah “fundamentalisme”. Kita hanya mendapatkan kata dasar istilah itu, yaitu al-ashlu  dengan makna “dasar sesuatu “ dan “kehormatan” . bentu pluralnya adalah ushul. [4]


Dalam Al-Qur’anul Karim disebutkan. Berikut beberapa Ayat yang menyangkut dengan hal tersebut yang artinya: Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan Karena dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (QS. Al- Hasyr : 5).
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala. (QS. As-saffat : 64).
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. (QS. Ibrahim:24).
Dari ayat diatas, warisan keilmuan islam dan peradabannya, serta kamus-kamus arab yang tidak mengenal istilah ushuliyah ‘fundamentalisme’ dan pengertian-pengertian yang dikenal Barat atas istilah ini.[5]
Agama islam sebagai sebuah intuisi kebenaran yang dijustifikasi oleh seluruh lapisan dan stratifikasi  sosial, memainkan peranan penting bagi kelangsungan gerakannya dan menjadi sebuah mekanisme internal yang terpenting dalam perkembangannya, karena memuat seperangkat doktrin yang dirumuskan dalam sebuah maksud dan tujuan gerakan yang diantaranya adalah fundamentalisme yang digunakan untuk menyebut gerakan keagamaan dalam berbagai karya tulis, telah menjadi istilah yang sangat popular dan bahkan controversial. Meskipun pada mulanya fundamentalisme menunjuk sebuah fenomena gerakan Kristen Protestan , namun sekarang istilah ini secara luas dipakai untuk menyebut gerakan yang terjadi dikalangan masyarakat  Islam, Katolik, (sunni, syiah), Yahudi, Hindu Budha dan Zoroaster.[6]


Meskipun demikian, jika makna fundamentalisme itu ditekankan pada originalitas sumber serta prinsip-prinsip dasar ajaran islam terdapat kelompok kecil aliran pemikiran dalam islam,tapi secara intelektual sangat penting, yang bisa dideskripsikan sebagai fundamentalisme.
Kelompok ini berpendapat bahwa Al-Quran  dan Sunnah merupakan pokok sumber ajaran islam dan mengikat untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari; bahwa produk pemikiran keagamaan klasik dan pertengahan tidak mengikat; bahwa dalam beberapa hal produk pemikiran ini mengakibatkan kemalasan berpikir dalam islam; bahwa selama masa kekaisaran islam, banyak penguasa muslim mengakomodasi terlalu banyak tradisi lokal yang non islam; bahwa paling tidak terdapat tarekat sufi terlibat dalam praktik-praktik ajaran non islam; bahwa mengkultuskan diri seseorang dinilai sebagai politeisme; dan bahwa setiap muslim harus mempelajari dan mengamalkan Al-Quran dan Sunnah serta menghilangkan taqlid buta, karena ini penyebab kemunduran umat.[7]

  1. Ragam Pemikiran Islam Kontemporer Tradisionalisme
1.      Pengertian Tradisionalisme
Tradisionalisme yaitu model pemikiran yang berusaha berpegang pada tradisi-tradisi yang telah mapan. Bagi mereka, segala persoalan umat telah diselesaikan secara tuntas oleh para ulama terdahulu. Tugas kita sekarang hanyalah menyatakan kembali atau merujukkan dengannya. Perbedaan kelompok ini dengan fundamentalis terletak pada penerimaannya pada tradisi. Fundamentalis membatasi tradisi yang diterima hanya sampai pada khulafa’ al-rasyidin , sedang tradisionalis melebarkan sampai pada salaf al-shalih, sehingga mereka bisa menerima kitab-kitab klasik sebagai bahan rujukannya.[8]
Berbicara tentang tradisionalisme, sesungguhnya adalah sifat ideologis dalam arti merupakan sebuah paham atau pandangan yang dipegang oleh sekelompok masyarakat yang sifatnya dogmatis dan tertutup karena berpegang kuat atau dipandang sebagai sebuah kebenaran yang sifatnya final atas pandangan yang dipegangnya itu.
Jadi tradisionalisme merupakan sebuah sikap seseorang terhadap sebuah tradisi. Jika seseorang tersebut menerima begitu saja sebuah tradisi apa adanya tanpa sikap kritis, maka sikap seperti inilah yang dianggap sebagai sikap tradisionalis.[9]
Baik istilah tradisionalisme maupun istilah tradisionalis, keduanya bersifat negatif.  Harun Nasution berpendapat bahwa tradisionalisme itu adalah golongan umat islam yang berpandangan sempit dan bertentangan dengan modernisasi. [10]
2.      Islam terhadap Tradisionalisme
Tradisionalisme memang erat kaitannya dengan tradisi baik islam maupun tradisi yang diambil dari budaya lokal yang kemudian disatukan. Dalam islam, menilai bahwa jika tradisi tersebut bertentangan dengan hukum-hukum syariat , maka tradisi tersebut tidak boleh atau haram dilakukan. Seperti dalam hadis Rasulullah yang dikutip dalam Dr. Supriyanto bahwa: “ Setiap hal yang bersifat baru adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan akan masuk neraka”. 
Hal tersebut merupakan masalah yang sebenarnya sangatlah terbukti masih ada hingga sekarang ini karena semua menyangkut ke tradisionalisme, jika sebagai umat islam tinggal memilih mana yang boleh dan tidak boleh. Jadi, jika semuanya dikembalikan pada Al-Quran dan hadis, maka masalah-masalah seperti inipun akan dapat diselesaikan meskipun tidak jarang terjadi silang pendapat antara pihak satu dan yang lainnya.


D.    Ragam Pemikiran Islam Kontemporer Sekularisme
1.      Pengertian Sekularisme
Istilah ini berasal dari kata latin speculum yang berarti “masa” karena itu sekuler berarti “beriorentasi pada masa sekarang”. Sekularisme adalah sebuah doktrin, semangat, atau kesadaran yang menjunjung tinggi prinsip kekinian mengenai ide, sikap, keyakinan, serta kepentingan individu. Sekularisme, dalam karakteristiknya seperti yang ada didunia barat, adalah formulasi ide yang menegaskan bahwa antara agama dan Negara merupakan dua identitas yang berbeda dan terpisah.
Pengertian ini berdasarkan pada pengakuan bahwa “agama merupakan sebuah keyakinan yang dipegang teguh manusia meskipun dalam pandangan yang berbeda”.[11]
Sekularisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah intuisi atau badan harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu sebuah agama tertentu.[12]
2.      Islam terhadap Sekulerisme
Ketika dikaitkan sekularisme dengan islam, maka ada beberapa hal yang memiliki keterkaitan dan ketidak sesuaian antara sekularisme dan islam. Hal yang sangat konkrit adalah ketika kita mengimani islam, maka pada saat itu pula kita melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang atau diharamkan.
Perspektif islam terhadap sekularisme dapat dari firman Allah SWT dalam ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut.


1.      Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat.
2.      Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
3.      Sesungguhnya kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala. (Al-Insan : 2-4)
Ayat-ayat di atas memberitahu dengan jelas kepada manusia, mulai dari siapa sesungguhnya Pencipta manusia, kemudian untuk apa Pencipta menciptakan manusia hidup di dunia ini. Hakikat hidup manusia di dunia ini tidak lain adalah untuk menerima ujian dari Allah SWT, berupa perintah dan larangan.[13]
















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kontemporer islam atau dunia pembaruan islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Adanya globalisasi menyebabkan zaman semakin maju, dan pemikiran islam pun mengalami kemajuan juga untuk mengikuti kemajuan zaman yang pada dasarnya tidak keluar dari sumber hukum islam.
Ragam Pemikiran Islam Kontemporer :
1.      Fundamentalisme adalah  paham atau pemikiran yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas.
2.      Tradisionalisme merupakan  sebuah paham atau pandangan yang dipegang oleh sekelompok masyarakat yang sifatnya dogmatis dan tertutup karena berpegang kuat atau dipandang sebagai sebuah kebenaran yang sifatnya final atas pandangan yang dipegangnya itu. Jadi tradisionalisme merupakan sebuah sikap seseorang terhadap sebuah tradisi.
3.      Sekularisme adalah sebuah doktrin, semangat, atau kesadaran yang menjunjung tinggi prinsip kekinian mengenai ide, sikap, keyakinan, serta kepentingan individu. Sekularisme, dalam karakteristiknya seperti yang ada didunia barat, adalah formulasi ide yang menegaskan bahwa antara agama dan Negara merupakan dua identitas yang berbeda dan terpisah.








DAFTAR PUSTAKA

Imarah, Muhammad. Fundamentalisme dalam Perspektif Barat dan Islam. 1999. Jakarta : Gema Insani.
Jainuri, ahmad. Orientasi Gerakan Islam Konservatisme, Fundamentalisme, Sekulerisme, dan Modernisme. 2004. Surabaya : LPAM.
Mujiburrahman. Mengindonesiakan Islam. 2008. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nasution, harun. Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran. 1998. Bandung:Mizan.
Setiawan, Nur Kholis. Pemikiran Progresif dalam Kajian Al-Quran. 2008. Jakarta: Kencana.
Suprianto, dkk. Studi Islam Kontemporer. 2001. Kendari : Membumi Publishing.
http://haukil.wordpress.com/2013/03/23/pemikiran-islam-kontemporer-di-indonesia/




[2] Dr. Mujiburrahman. Mengindonesiakan Islam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2008. Hal. 4.
[4] Dr. Muhammad Imarah. Fundamentalisme dalam Perspektif Barat dan Islam. Jakarta. Gema Insani. 1999. Hal. 12.
[5] Ibid. Hal. 13.
[6] Ahmad Jainuri. Orientasi Gerakan Islam Konservatisme, Fundamentalisme, Sekulerisme, dan Modernisme. Surabaya. LPAM. 2004. Hal. 69-70.
[7] Dr. Suprianto, dkk. Studi Islam Kontemporer. Kendari. Membumi Publishing.2001.Hal.135-136.
[9] Ibid. Hal. 145.                                                                                                                                                   
[10] Harun Nasution. Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran. Bandung. Mizan. 1998. Hal. 152.
[11] Dr. Suprianto, dkk. Studi Islam Kontemporer. Kendari. Membumi Publishing. 2010. Hal. 154.
[12] M. Nur Kholis Setiawan. Pemikiran Progresif dalam Kajian Al-Quran. Jakarta. Kencana. 2008. Hal. 20.
[13] Ibid. Hal. 21.
 


No comments:

Post a Comment