Halaman

Tuesday, March 12, 2019

Metodelogi Studi Islam: KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Metodelogi Studi Islam
Dosen Pengampu : Suhadi, M.S.I



STAIN KDS.jpg
 









Disusun Oleh :
Moh Muharrom                                                   212359
Insyia Hasmi Habibah                                          212363
Desi Rum Fatmawati                                           212365


 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
                                      JURUSAN SYARI’AH / MBS
2014




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Karakteristik tiap ajaran berbeda-beda satu sama lain. Islam pun mempunyai karakteristik sendiri, berbeda dengan agama lain di dunia.
Tidak mudah membahas karakteristik ajaran Islam karena lingkup permasalahan yang luas. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai karakteristik ajaran Islam yang berhubungan dengan bidang-bidang yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam bidang ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, pekerjaan, politik, dan disiplin ilmu. Karakteristik tersebut dapat kita lihat dalam sumber ajaran Al-Qur’an dan hadits.
Kedua sumber ini memberi karakteristik tersendiri dalam bidang-bidang tersebut yang berguna bagi manusia sepanjang masa. Sedangkan Karakteristik agama, seperti ketuhanan, kemanusiaan, universal, moderat, dan lain sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian  karakteristik ajaran islam?
2.      Apa saja karakteristik ajaran Islam dan karakteristik islam?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian  Karakteristik Ajaran Islam
Istilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua kata : karakteristik dan ajaran islam. Ensiklopedi Islam Indonesia mendefinisikan bahwa Islam adalah agama tauhid yang ditegakkan oleh nabi Muhammad SAW, selama 23 tahun di Mekah dan Madinah yang inti sari Islam berserah diri atau taat sepenuh hati pada kehendak Allah SWT, demi tercapainya kepribadian yang bersih, hubungan yang harmonis, dan damai sesama manusia serta sejahtera dunia dan akhirat.
Secara sederhana karakteristik ajaran Islam dapat diartikan menjadi suatu ciri yang khas atau khusus yang mempelajari tentang ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama, bidang ibadah, bidang aqidah, muamalah (kemanusian), yang didalamnya termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan disiplin ilmu.[1]
Islam juga memiliki keistimewaan dan karakteristik tersendiri yang berbeda dengan agama lainnya di dunia. Di antara keistimewaan yang di miliki oleh islam, seperti yang diungkapkan oleh para agamawan barat, bahwa Islam merupakan agama yang universal, memiliki orientasi hidup yaitu kehidupan dnia dan akhirat, dan penamaan Islam sebagai nama langsung diberikan oleh Allah melalui wahyu-Nya (Al-Qur’an).[2]
B.     Karakteristik Ajaran Islam dan Karakteristik Islam
Karakteristik ajaran Islam meliputi bidang agama, ibadah,akidah, ilmu dan kebudayaan, pendidikan, social, kehidupan ekonomi, politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu. Sedangkan, karakteristik Islam meliputi Rabbaniyah, insaniyah, syumul, al wasthiyyah, al waqi’iyyah, al wudhuh, dan menyatukan antara tathawwur dan tsabat.

1.      Karakteristik ajaran islam
a.       Dalam bidang agama
Dalam bidang agama Islam mengakui adanya pluralisme, pluralisme menurut Nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, untuk hidup dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan.
Bahkan Al-Qur’an juga mengisaratkan bahwa para penganut berbagai agama, asalkan percaya kepada Tuhan dan hari kemudian serta berbuat baik., semuanya akan selamat. Inilah yang selanjutnya menjadi dasar toleransi agama yang menjadi ciri sejati Islam dalam sejarahnya yang otentik, sesuatu semangat yang merupakan kelanjutan pelaksanaan ajaran Al-Qur’an.
Dalam bidang agama juga mengakui adanya universalisme, yakni mengakarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuru berbuat baik, dan mengajak kepada keselamatan. Dengan demikian, karakteristik ajaran Islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksa, dan saling menghargai karena dalam pluralisme agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian kepada Tuhan.[3]
b.      Dalam bidang ibadah
Dalam yuriprudensi Islam telah ditetapkan bahwa dalam urusan ibadah tidak boleh kreatifitas, sebab yang mengcreate atau yang membentuk suatu ibadah dalam Islam dinilai sebagai bida’ah yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan.
Ketentuan ibadah demikian itu termasuk ajaran Islam dimana akal manusia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya, kedudukan manusia dalam hal ini hanya mematuhi, menaati, melaksanakan dan menjalankannya dengan penuh ketundukan pada Tuhan, sebagai bukti pengabdian dan rasa terimakasih kepada-Nya.
c.       Bidang akidah
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui dalam bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.Yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disebah hanya Allah. Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung tidak boleh ada perantara.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tengtang Allah sebagai Tuhan yang wajib di sembah ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat, yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai utusa-Nya, perbuatan dengan amal sholeh.
Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjudnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal sholeh.
d.      Bidang ilmu dan kebudayaan
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif. Akomodatif dalam menerima berbagai masukan dari luar, tapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima semua jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam.
Namun di era globalisasi budaya agama dapat takanan barat sebab agama punya asumsi dasar: manusia perlu pegangan hidup tetap, sedang kehidupan sendiri penuh perubahan. Dalam keadaan pelik ini orang di tuntut beradaptasi dengan lingkungan baru secara terus menerus, sementara nilai-nilai lama yang diidealkan tetap jadi panutan.[4] 
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat pula dilihat dari 5 ayat pertama surat al-Alaq yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, dan sebagainya. Demikian pentingnya ilmu ini hingga Islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad dijalan Allah.
e.       Bidang pendidikan
Sejalan dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut diatas, Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak setiap orang laki-laki atau perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat.Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat al-Alaq sebagai mana disebut diatas. Dalam al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, pembinasaan, kerja wisata, cerita, hokum, nasihat, dan sebagainya.
f.       Bidang social
Selanjutnya karakteristik ajaran Islam dapat dilihat dari ajarannya dibidang social. Ajaran Islam dibidang social ini termasuk yang paling menonjol karena seluruh bidang ajaran Islam sebagaimana disebutkan diatas pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia.Namun, khusus dalam bidang social ini menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa, dan kebersamaan.Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan social dari pada aspek kehidupan ritual.
Dalam pada itu Islam menilai bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tersebut, maka kafarat adalah dengan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan urusan social.
g.      Bidang kehidupan ekonomi
Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dipahami dari kosepsinya dalam bidang kehidupan.Urusan dunia di kejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia.Orang yang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan dunia.
Alam raya ini suatu yang diciptakan Tuhan untuk dimanfaatkan manusia, dan bukan sekali-kali untuk dijadikan objek penyembahan sebagaiman dijumpai pada masyarakat primtif.Alam raya dengan segala keindahannya adalah ciptaan Tuhan.Kita tahu bahwa dialam raya in I dijumpai berbagai ajaiban dan kekaguman.
h.       Bidang kesehatan
Ciri khas ajaran Islam selanjutnya dapat dilihat dalam konsepnya mengenai kesehatan.Ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan dari pada penyembuhan. Berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk kitab suci dan sunnah Nabi SAW, yang pada dasarnya mengarah kepada pencegahan.
Kebersihan lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan, makanan, minuman, dan lain sebagainya.
i.        Bidang politik
Ciri ajaran Islan selanjutnya dapat diketahui melalui konsepsinya dalam bidang politik. Dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 156 terdapat menaati ulil amri yang terjemahaannya termasuk penguasa dalam bidang politik, pemerintah, dan Negara. Dalam hal ini Islam tidak mengajarkan ketaatan buta terhadab pemimpin.Jika pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntutan Allah dan Rasul-Nya, maka wajib di taati, sebaliknya.
Masalah politik ini selanjutnya berhubungan dengan bentuk pemerintahan.Oleh karenanya setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya.Namun, yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan sebagai alat untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian, den ketenteraman masyarakat.
j.        Bidang pekerjaan
Karakteristik ajaran Islam lebih lanjut dapat diihat dari ajarannya mengenai kerja, Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT. Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah SWT, dan kerja yang bermanfaat bagi orang lain.
Untuk menghasilkan pruduk pekerjaan yang bermutu, Islam memandang kerja yang dilakukan adalah kerja professional, yaitu kerja yang didukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan, dan seterusnya.
k.      Bidang disiplin ilmu
Selain ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan dengan ciri-ciri yang khas tersebut, Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu ke Islaman. Menurut peraturan Menteri Agama Republik Indonesia tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu ke Islaman adalah al-Qu’an/Tafsir, Hadits/Ilmu hadits, Ilmu kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam/Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan pendidikan Islam.[5]



2.      Karakteristik Islam
a.       Rabbaniyah (ketuhanan)
Menurut Ibn al Arabi, Tuhan akan hadir dan menyapa manusia sesuai dengan persepsi manusia tentang-Nya. Bagi para mistikus, jalan masuk kepada Tuhan yang dipilihnya adalah pintu kasih, sehingga Tuhannya para mistikus adalah Tuhan Sang Kasih. Adapun bagi para filsuf, Tuhan hadir sebagai Dia Yang Maha Cerdas dan Kreatif.[6]
Rabbaniyah ( ketuhanan ) ini meliputi dua kriteria utama yaitu pertama, rabbaniyyah dari sudut tujuan dan sudut pandang dan yang kedua, rabbaniyyah dari sudut manhaj ataupun sistem kehidupan.
1)      Rabbaniyah ghoyah (tujuan) dan wijhah (sudut pandang)
Islam itu menjadikan tujuan akhir dan sasarannyayang jauh ke depan yaitu dengan menjaga hubungan dengan Allah ( pencipta ) secara baik untuk mendapatkan keridhaan-Nya semata-mata .
Tidak dapat dimungkiri bahawa Islam itu mempunyai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran lain yang bersifat ’social humanity’ (kemanusiaan) dan sosial kemasyarakatan , namum sasaran dan matlamat pokok yang lebih utama ialah untuk mendapatkan ’mardhatillah’(mengharap keridhaan Allah) dan pahala (balasan ) baik dari Allah SWT demi untuk mengabdikan diri kepada-Nya.
2)      Rabbaniyah mashdar dan manhaj
Manhaj yang telah di ditetapkan oleh Islam guna mencapai sasaran dan tujuan itu adalah manhaj Rabbani yang murni, karena sumbernya adalah wahyu Allah kepada Rosulnya Muhammad SAW.
Manhaj ini tidak lahir sebagai sebuah hasil rekayasa dari ambisi perseorangan, keluarga, golongan, partai atau ambisi dari bangsa tertentu. Tetapi dia manhaj dating dari iradat Allah yang menginginkannya sebagai hidayat dan nur, penjelas dan kabar gembira, penawar atau obat dan rahmat bagi hamba-hamba-Nya.
b.      Insaniyah (kemanusiaan)
Termasuk karakteristik Islam antara lain adalah insaniyah (kemanusiaan). Antara  insaniyah dengan Rabbaniyah  sebagaimana karakteristik Rabbaniyah bahwa salah satunya adalah  Rabbaniyah tujuan dan sasaran. Dalam artian bahwa Jalinan hubungan baik dengan allah yang sekaligus dengan mencari ridha-Nya merupakan tujuan manusia dan sasaran islam. Salah satu aspeknya yang lain adalah Rabbaniyah mashdar, dalam artian bahwa Islam merupakan Manhaj illahi, pemilik, pencentus dan perekeyasanya dalah Allah swt semata dan Rasullulah saw. Islam dengan Rabbaniyah tujuan dan sasaranya bersifat manusiawi pula dalam tujuan dan sasaranya tersebut. Dengan tetap bersandar pada tujuan Rabbaniyah, karena tidak ada pertentangan antara tujuan Rabbaniyah dan insaniyyah. Maka takdir kemanusiaan adalah termasuk dengan rabbaniyah yang dijadikan pijakan islam. Apabila mashdar islami itu berifat Rabbani, maka manusialah yang akan memahami masdar tadi. Dialah yang akan dapat ber-istimbah ( mengambil hukum ) dan berijtihad serta mengalihkanya kepada realitas operasional yang dapat dirasakan.[7]
Keterkaitan manusia dengan allah : Manusia adalah makhluk allah, Manusia bukan tandingan allah, Sikap positif manusia di hadapan takdir Allah, dan  antara akal manusia dengan wahyu allah.
c.       Syumul (universal)
Dengan berbagai dimensi dan jangkauan jauh terkandung di dalam ajarannya, syumul (universal) adalah termasuk karakteristik yang membedakan Islam dari segala sesuatu yang diketahui manusia dari agama-agama, filsafat-filsafat dan mashab-mashab (aliran-aliran). Kesyumulan Islam itu meliputi semua zaman, kehidupan dan eksistensi (keberadaan) manusia.
Tidak diragukan lagi bahawa Islam itu adalah risalah untuk masa akan datang dan juga sebagai kesinambungan daripada risalah-risalah yang diturunkan oleh Allah kepada umat-umat yang terdahulu. Dasar-dasar akidah dan juga akhlak yang terkandung di dalam ajarannya adalah risalah setiap Nabi yang diutus oleh Allah dan juga risalah setiap Kitab Suci yang terkandung dalam ajaran Nabi-Nabi terdahulu daripada Nabi Muhammad S.A.W.
Islam juga adalah risalah yang syumul (universal), yang berbicara kepada seluruh ummat, suku kaum dan bangsa di dunia ini yang meliputi semua status sosial. Islam bukan risalah bagi bangsa tertentu yang mendakwa bahawa mereka sajalah merupakan bangsa yang dipilih Allah yang mana semua bangsa di dunia ini harus tunduk kepada kekuasaannya.
Menyentuh tentang sistem dan peraturan hidup pula, ajaran Islam itu meliputi ajaran-ajaran serta peraturan-peraturan hidup yang mencakupi persoalan-persoalan aqidah, syariah dan akhlak.
d.      Al wasthiyyah (moderat)
Al-wasthiyyah atau dengan ungkapan lainnya, at-tawazun (keseimbangan) adalah merupakan keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling berhadapan atau bertentangan, di mana salah satu daripada dua keadaan tadi tidak boleh menentukan arahnya sendiri tanpa mengambil kira faktor kecenderungan arah yang satu lagi. Contoh-contoh dua arah serta kehendak yang saling bertentangan adalah seperti:
 Ruhhiyah (spiritual) dengan maddiyah (material), Fardiyah (individu) dengan jama’iyah (kolektif/kumpulan), Waqi’iyah (kontekstual ) dengan mitsaliyyah ( idealisme ),  Tsabat (konsisten ) dengan taghayyur (perubahan ).
Pengertian dari tawazun (keseimbangan) di antara kedua arah seperti dalam keadaan-keadaan yang dinyatakan di atas adalah ianya saling memberi hak dan juga keperluan yang sepatutnya akan hak yang bertentangan tadi sehingga ianya dapat memenuhi tuntutan secara adil dan saksama tanpa berlakunya penyimpangan. Dalam arti kata lain, ianya suatu keseimbangan yang selamat dari kekurangan atau berlebih-lebihan dalam sesuatu perkara di dalam melaksanakan syariat Islam.
e.       Al waqi’iyah (kontekstual)
Al-waqi’iyyah al-mithaliyah (kontekstual yang tidak mengabaikan idealisme). Konsep Islam dalam masalah ini dapat menyelamatkan segala tindakan serta keputusan yang berlebih-lebihan di dalam mencapai sesuatu kesempurnaan (idealieme). Dalam erti kata lain, sesuatu idealisme itu seharusnya dilakukan dalam ruang lingkup realiti semasa dan kemampuan sebenar ( al-waqi’iyyah).
f.       Al wudhuh (jelas)
Al-Wudhuh (jelas) ini dipaparkan sama ada yang berhubungan dengan usul dan qawaid, atau yang berhubungan dengan mashadir (sumber hukum) dan manabi’ (tempat pengambilan hukum) , atau yang berhubungan dengan sasaran dan tujuan, atau yang berhubungan dengan manhaj dan wasilah (prasarana). Penjelasan lanjut mengenai ciri-ciri al-wudhuh seperti yang dinyatakan di atas adalah seperti berikut :
1)       Al-Wudhuh (kejelasan ) dalam Usul dan Qawaid Islamiyah. Fenomena al-wudhuh yang pertama dalam Islam adalah perkara-perkara pokok yang bersangkutan dengan akidah, ibadah dan akhlak. Perkara yang bersangkutan dengan asas akidah.
2)      Kejelasan Sumber-Sumber Hukumnya. Sumber pertama hukum Islam itu adalah jelas bersumberkan daripada al-Quran dan yang keduanya ialah bersumberkan as-Sunnah ataupun Hadis Nabi Muhamad s.a.w.
3)      Kejelasan Dalam Hal Sasaran dan Tujuan. Kejelasan dalam sasaran dan tujuan Islam itu sendiri adalah jelas dan nyata bagi manusia di dunia ini iaitu untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan (kesesatan ) kepada keadaan yang bercahaya ( kebenaran ), iaitu cahaya yang menerangi jiwa dan kehidupan
4)      Kejelasan Manhaj dan Jalan Penyelesaian. Islam mempunyai keistimewaan dalam hal penentuan dari segi kejelasan manhaj dan juga kaedah untuk merealisasikan sesuatu perkara yang diperintah oleh Allah SWT. Seperti perintah untuk melaksanakan sesuatu ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah s.w.t seperti solat lima waktu, puasa, mengeluarkan zakat dan menunaikan fardhu haji ke Mekah.
g.      Keseimbangan Antara Tathawwur (Transformasi ) dan Tsabat ( Konsistensi ).
Karakteristik Islam selanjutnya adalah Tathawur dan tsabat. Sistem Islam mampu menyatukan keduanya daam sebuah kombinasi yang menakjubkan dan meletakkan keduanya pada kedudukanya masing-masing. Tsabit didalam persoalan  yang memang harus lestari, sementara fleksibel atau luwes di dalam hal yang memahami harus berubah dan berkembang ( transformasi ). Risalah samawwiyah adalah  lebih umumnya menenkankan pada masalah tsabat, bahkan kadang cenderung pada kebekuan.  Adapun syariat wadhi’yah (hukum positif), umumnya lebih menekankan pada keluwesan mutlak.[8]





BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Secara sederhana karakteristik ajaran Islam dapat diartikan menjadi suatu ciri yang khas atau khusus yang mempelajari tentang ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama, bidang ibadah, bidang aqidah, muamalah (kemanusian), yang didalamnya termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan disiplin ilmu.
 Karakteristik ajaran Islam meliputi bidang agama, ibadah,akidah, ilmu dan kebudayaan, pendidikan,social,kehidupan ekonomi, politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu.
Sedangkan, karakteristik Islam meliputi Rabbaniyah, insaniyah, syumul, al wasthiyyah, al waqi’iyyah, al wudhuh, dan menyatukan antara tathawwur dan tsabat.
















DAFTAR  PUSTAKA
Abdullah Nata, Metodelogi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999
Ali Anwar Yusuf, Wawasan islam, Bandung, Pustaka Setia.2002
Dr,Yusuf Al- Qadharwi, Karakteristik Islam, Risalah Gusti, Surabaya, April 1995
Komarudin Hidayat, Agama Masa Depan, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2003
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontoporer, Jakarta, Amzah,2006
M.Amin Abdullah, Studi Agama,  Putaka Belajar, Yogyakarta, 1999


[1] M.Yatimin Abdullah,Studi Islam Kontemporer,Jakarta, Amzah, 2006, hlm 15
[2] Ali Anwar Yusuf, Wawasan Islam,Bandung, Pustaka Setia, 2002, hlm35
[3] Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm,80-81
[4] M. Amin Abdullah, Studi Agama, Putaka Belajar, Yogyakarta, 1999,hlm 4
[5] Op.cit, hlm, 94
[6] Komarudin Hidayat, Agama Masa Depan, Gramedia Pustaka utama, Jakarta, 2003, hlm 193
[7] Dr.Yusuf Al-Qardhawi, Karakteristik Islam, Risalah Gusti, Surabaya, April 1995,  hlm 59
[8] Ibid, hlm. 241

No comments:

Post a Comment