Halaman

Tuesday, March 12, 2019

Metodologi Studi Islam: PENGERTIAN DAN SUMBER AJARAN ISLAM


PENGERTIAN
DAN SUMBER AJARAN ISLAM


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu: Suhadi, MSI


Description: 45logo STAIN ku bening cilik.jpg












Disusun Oleh:
1.      Anisa                                              : 212290
2.      Shifa Nanda Maharani                : 212354
3.      Joko Utomo                                   : 2123

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH / MBS
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang berbicara tentang Islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, sumber dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya. Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif.
Hal ini penting dilakukan karena kualitas pemahaman ke-Islama seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Untuk itu dalam bab selanjutnya akan diuraikan lebih lanjut tentang pengertian dan sumber ajaran Islam supaya kita lebih dapat memahami tentang Islam.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian tentang Islam?
2.      Apa saja sumber ajaran Islam itu?
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Agama Islam
Ada seorang datang kepada Rasulullah dan bertanya apa itu Islam. Nabi menjawab: “Islam adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasulullah, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa ramadlan, melakukan ibadah haji jika mampu”.[1]
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima kemudian diubah menjadi bentuk aslama yang berati berserah diri masuk dalam kedamaian.
Senada dengan pendapat di atas kata aslama berarti memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dari arti pokoknya. Oleh karena itu orang yang berserah diri, patuh dan taat disebut sebagai orang Muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri dan patuh kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat.
Dari uraian tersebut di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.[2]
Adapun pengertian islam dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda-beda. Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammmad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.[3]
Sementara itu, Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan ummat manusia menjadi bukti nyata, bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut pada beberapa ayat kitab suci Al-Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam semesta.
Berdasarkan pada keterangan tersebut, maka kata Islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW. Nama Islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Hal demikian dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT.
Selanjutnya dilihat dari segi misi ajarannya, Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT pada bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam itulah agama dari Adam as, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Isa as. Hal demikian dapat dipahami dari ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa para Nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah.[4]
Jadi tujuan Islam ialah kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia di dunia dan akherat nanti. Untuk mencapai tujuan hidup itu, Islam telah mengajarkan segi-segi yang bersangkutan dengan kebutuhan duniawi dan segi-segi kebutuhan ukhrawi. Oleh sebab itu ajaran Islam berintikan pada:
Pertama, ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Yang meliputi keimanan atau peribadatan (rukun iman dan rukun islam). Ajaran yang pertama ini bersifat garis vertikal. Sedangkan yang kedua, ialah ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Ajaran ini bersifat garis datar atau horizontal.[5]

B.     Sumber Ajaran Islam
Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama adalah al-Qur’an dan as-Sunnah; sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami al-Qur’an dan as-Sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT, yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
1.      Al-Qur’an
Di kalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di sekitar pengertian Al-Qur’an baik dari segi bahasa maupun istilah. Asy-Syafi’i misalnya mengatakan bahwa al-Qur’an bukan berasal dari akar kata apapun, dan bukan pula ditulis dengan memakai hamzah. Lafadz tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sementara itu al-Farra berpendapat bahwa lafadz al-Qur’an berasal dari kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan; karena dilihat dari segi makna dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an itu satu sama lain saling berkaitan.
Sedangkan pengertian al-Qur’an dari segi istilah dapat dikemukakan berbagai pendapat.
a.       Manna’ al-Qaththan, secara ringkas mengutip pendapat para ulama pada umumnya yang menyatakan bahwa al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan dinilai ibadah bagi yang membacanya.
b.      Abd. Al-Wahhab al-Khalaf, Al-qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin abdullah, melalui jibril dengan menggunakan lafadz bahasa arab dan maknannya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacannya.
Dari beberapa kutipan tersebut diatas kita dapat mengetahui bahwa Al-qur’an adalah kitab suci yang isinya mengandung firman Allah, turunnya secara bertahap melalui malaikat jibril, pembawannya Nabi Muhammad saw., susunannya dimulai dari surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat an-nass, dan membacannya bernilai ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah atau bukti yang kuat atas kerosullan Nabi Muhammad SAW., keberadaannya hingga kini masih tetap terpelihara dengan baik, dan pemasyarakatannya dilakukan secara berantai dari satu generasi ke generasi lain dengan tulisan maupun lisan.
Sebagai sumber ajaran islam yang utama Al-qur’an diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar. Keberadaan al-qur’an sangat dibutuhkan manusia. Bagi Mu’tazilah al-qur’an berfungsi sebagai konfirmasi, yakni memperkuat pendapat-pendapat akal pikiran, dan sebagai informasi terhadap hal-hal ynag tidak dapat diketahui oleh akal. Di dalam al-qur’an terkandung petunjuk hidup tentang berbagai hal walaupun petunjuk tersebut terkadang bersifat umum yang menghendaki penjabaran dan perincian oleh ayat lain atau hadist. Selanjutnya al-qur’an juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah sebabnya ketika ummat islam berselisih dengan segala urusannya hendaknya ia berhakim kepada Al-qur’an. Al-qur’an lebih lanjut memerankan fungsi sebagai pengontrol dan pengoreksi terhadap perjalanan hidup manusia dimasa lalu.
2.      As-sunnah
Kedudukan as-sunnah sebagai sumber ajaran islam selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat al-qur’an dan hadist juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikui hadist, baik pada masa rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.
Menurut bahasa as-sunnah artinnya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Selain kata as-sunnah yang pengertiannya sebagaimana disebutkan diatas, kita juga menjumpai kata al-hadis, al-khabar, al-atsar. Oleh sebagian ulama’ kata-kata tersebut disamakan dengan as-sunnah, dan oleh sebagian ulama’ lainnya kata-kata tersebut dibedakan artinnya.
Sementara itu ulama’ ushul mengartikan bahwa as-sunnah adalah sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad dalam bentuk ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau yang berkaiatan dengan hukum. Pengertian ini didasarkan pada pandangan mereka yang menempatkan Nabi Muhammad saw sebagai pembuat hukum. Sementara itu, ulama fqih mengartikan as-sunnah sebagai salah satu dari bentuk hukum syara’ yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Al-Qur’an, As-Sunnah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan al-qur’an. Keberadaan as-sunnah tidak dapat dilepaskan dari adannya sebagian ayat al-qur’an yang:
a.       Bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian.
b.      Bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian.
c.       Bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan.
d.      Isyarat al-qur’an yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang menghendaki penetapan makna yang akan di pakai dari dua makna tersebut.
Dalam kaitan ini, maka hadis berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat al-qur’an yan bersifat global, sebagai pengecualian terhadap isyarat al-qur’an yang bersifat umum, sebagai pembatas terhadap ayat al-qur’an yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadap sesuatu kasus yang tidak dijumpai dalam al-qur’an.[6]



















KESIMPULAN

Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima kemudian diubah menjadi bentuk aslama yang berati berserah diri masuk dalam kedamaian. Dari uraian tersebut di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. kata Islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW.
Jadi tujuan Islam ialah kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia di dunia dan akherat nanti. Untuk mencapai tujuan hidup itu, Islam telah mengajarkan segi-segi yang bersangkutan dengan kebutuhan duniawi dan segi-segi kebutuhan ukhrawi.
Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama adalah al-Qur’an dan al-Sunnah. Al-qur’an adalah kitab suci yang isinya mengandung firman Allah, turunnya secara bertahap melalui malaikat jibril, pembawannya Nabi Muhammad saw., susunannya dimulai dari surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat an-nass, dan membacannya berilai ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah atau bukti yang kuat atas kerosullan Nabi Muhammad SAW., keberadaannya hingga kini masih tetap terpelihara dengan baik, dan pemasyarakatannya dilakukan secara berantai dari satu generasi ke generasi lain dengan tulisan maupun lisan.
Menurut bahasa as-sunnah artinnya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk.











DAFTAR PUSTAKA

Amin Abdullah, Studi Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999.
Abbudin Nata, Metodologi Studi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999.
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Penerbit Universtas Indonesia, Jakarta, 1985.
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, LSAP, Yogyakarta, 1996.




[1] Amin Abdullah, Studi Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal. 148
[2] Abbudin Nata, Metodologi Studi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 61-66
[3] Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Penerbit Universtas Indonesia, Jakarta, 1985, hal. 24
[4] Abbudin Nata, Metodologi Studi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 61-66
[5] Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, LSAP, Yogyakarta, 1996, hal. 47
[6] Abbudin Nata, Metodologi Studi Islam,  PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 72-75

No comments:

Post a Comment