PENGERTIAN
DAN
SUMBER AJARAN ISLAM
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:
Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu:
Suhadi, MSI
Disusun Oleh:
1.
Anisa :
212290
2.
Shifa Nanda Maharani : 212354
3.
Joko Utomo :
2123
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
SYARI’AH / MBS
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai
agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan
dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai literatur yang
berbicara tentang Islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam,
sumber dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya. Dalam upaya
memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu
dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang
komprehensif.
Hal
ini penting dilakukan karena kualitas pemahaman ke-Islama seseorang akan
mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan ke-Islaman yang bersangkutan. Untuk
itu dalam bab selanjutnya akan diuraikan lebih lanjut tentang pengertian dan
sumber ajaran Islam supaya kita lebih dapat memahami tentang Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian tentang Islam?
2.
Apa saja sumber
ajaran Islam itu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama
Islam
Ada
seorang datang kepada Rasulullah dan bertanya apa itu Islam. Nabi menjawab: “Islam adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah rasulullah, mendirikan salat, menunaikan
zakat, puasa ramadlan, melakukan ibadah haji jika mampu”.[1]
Dari
segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat,
sentosa dan damai. Dari kata salima kemudian diubah menjadi bentuk aslama yang berati berserah diri masuk
dalam kedamaian.
Senada
dengan pendapat di atas kata aslama
berarti memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti pula menyerahkan
diri, tunduk, patuh dan taat. Kata aslama
itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung
dari arti pokoknya. Oleh karena itu orang yang berserah diri, patuh dan taat
disebut sebagai orang Muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan
dirinya taat, menyerahkan
diri dan patuh kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin
keselamatannya di dunia dan akhirat.
Dari
uraian tersebut di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam
dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri
kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri
sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari
fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan
patuh dan tunduk kepada Tuhan.[2]
Adapun
pengertian islam dari segi istilah akan kita dapati rumusan yang berbeda-beda.
Harun Nasution misalnya mengatakan bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai
agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat
manusia melalui Nabi Muhammmad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa
ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai
segi dari kehidupan manusia.[3]
Sementara
itu, Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian; dan
dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan ummat
manusia menjadi bukti nyata, bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya.
Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana
tersebut pada beberapa ayat kitab suci Al-Qur’an, melainkan pula pada segala
sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah,
yang kita saksikan pada alam semesta.
Berdasarkan
pada keterangan tersebut, maka kata Islam menurut istilah adalah mengacu kepada
agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari
manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW. Nama Islam demikian itu
memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak
mempunyai hubungan dengan orang atau dari golongan manusia atau dari suatu
negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Hal demikian
dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah
SWT.
Selanjutnya
dilihat dari segi misi ajarannya, Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia.
Agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT pada bangsa
dan kelompok-kelompok manusia. Islam itulah agama dari Adam as, Nabi Ibrahim,
Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Isa as. Hal demikian
dapat dipahami dari ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang menegaskan
bahwa para Nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah.[4]
Jadi
tujuan Islam ialah kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia di dunia dan
akherat nanti. Untuk mencapai tujuan hidup itu, Islam telah mengajarkan
segi-segi yang bersangkutan dengan kebutuhan duniawi dan segi-segi kebutuhan
ukhrawi. Oleh sebab itu ajaran Islam berintikan pada:
Pertama,
ajaran yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Yang meliputi
keimanan atau peribadatan (rukun iman dan rukun islam). Ajaran yang pertama ini
bersifat garis vertikal. Sedangkan yang kedua, ialah ajaran yang mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Ajaran
ini bersifat garis datar atau horizontal.[5]
B.
Sumber Ajaran
Islam
Di
kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama adalah
al-Qur’an dan as-Sunnah;
sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami al-Qur’an dan
as-Sunnah.
Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal
dari Allah SWT, yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
1.
Al-Qur’an
Di kalangan para ulama dijumpai
adanya perbedaan pendapat di sekitar pengertian Al-Qur’an baik dari segi bahasa
maupun istilah. Asy-Syafi’i misalnya mengatakan bahwa al-Qur’an bukan berasal
dari akar kata apapun, dan bukan pula ditulis dengan memakai hamzah. Lafadz
tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah (firman Allah) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sementara itu al-Farra berpendapat bahwa
lafadz al-Qur’an berasal dari kata qarain
jamak dari kata qarinah yang berarti
kaitan; karena dilihat dari segi makna dan kandungan ayat-ayat al-Qur’an itu
satu sama lain saling berkaitan.
Sedangkan pengertian al-Qur’an dari
segi istilah dapat dikemukakan berbagai pendapat.
a.
Manna’
al-Qaththan, secara ringkas mengutip pendapat para ulama pada umumnya yang
menyatakan bahwa al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dan dinilai ibadah bagi yang membacanya.
b.
Abd. Al-Wahhab
al-Khalaf, Al-qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati
Rasulullah, Muhammad bin abdullah, melalui jibril dengan menggunakan lafadz
bahasa arab dan maknannya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa
ia benar-benar Rasullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk
kepada mereka dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah
kepada Allah dengan membacannya.
Dari
beberapa kutipan tersebut diatas kita dapat mengetahui bahwa Al-qur’an adalah
kitab suci yang isinya mengandung firman Allah, turunnya secara bertahap
melalui malaikat jibril, pembawannya Nabi Muhammad saw., susunannya dimulai
dari surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat an-nass, dan membacannya bernilai
ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah atau bukti yang kuat atas
kerosullan Nabi Muhammad SAW., keberadaannya hingga kini masih tetap
terpelihara dengan baik, dan pemasyarakatannya dilakukan secara berantai dari
satu generasi ke generasi lain dengan tulisan maupun lisan.
Sebagai
sumber ajaran islam yang utama Al-qur’an diyakini berasal dari Allah dan mutlak
benar. Keberadaan al-qur’an sangat dibutuhkan manusia. Bagi Mu’tazilah
al-qur’an berfungsi sebagai konfirmasi, yakni memperkuat pendapat-pendapat akal
pikiran, dan sebagai informasi terhadap hal-hal ynag tidak dapat diketahui oleh
akal. Di dalam al-qur’an terkandung petunjuk hidup tentang berbagai hal walaupun petunjuk
tersebut terkadang
bersifat umum yang
menghendaki penjabaran dan perincian oleh ayat lain atau hadist. Selanjutnya
al-qur’an juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur jalannya kehidupan manusia agar
berjalan lurus. Itulah sebabnya ketika ummat islam berselisih dengan segala
urusannya hendaknya ia berhakim kepada Al-qur’an. Al-qur’an lebih lanjut memerankan fungsi sebagai pengontrol dan
pengoreksi terhadap perjalanan hidup manusia dimasa lalu.
2.
As-sunnah
Kedudukan as-sunnah sebagai sumber
ajaran islam selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat al-qur’an dan hadist
juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh sahabat
sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikui hadist, baik pada masa
rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.
Menurut bahasa as-sunnah artinnya
jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang baik dan ada pula
yang buruk. Selain kata as-sunnah yang pengertiannya sebagaimana disebutkan
diatas, kita juga menjumpai kata al-hadis, al-khabar, al-atsar. Oleh sebagian ulama’
kata-kata tersebut disamakan dengan as-sunnah, dan oleh sebagian ulama’ lainnya
kata-kata tersebut dibedakan artinnya.
Sementara itu ulama’ ushul
mengartikan bahwa as-sunnah adalah sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad
dalam bentuk ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau yang berkaiatan dengan
hukum. Pengertian ini didasarkan pada pandangan mereka yang menempatkan Nabi
Muhammad saw sebagai pembuat hukum. Sementara itu, ulama fqih mengartikan
as-sunnah sebagai salah satu dari bentuk
hukum syara’ yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan
tidak berdosa.
Sebagai sumber ajaran Islam kedua,
setelah Al-Qur’an,
As-Sunnah
memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan al-qur’an. Keberadaan
as-sunnah tidak dapat dilepaskan dari adannya sebagian ayat al-qur’an yang:
a.
Bersifat global
(garis besar) yang memerlukan perincian.
b.
Bersifat umum
(menyeluruh) yang menghendaki pengecualian.
c.
Bersifat mutlak
(tanpa batas) yang menghendaki pembatasan.
d.
Isyarat
al-qur’an yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang menghendaki
penetapan makna yang akan di pakai dari dua makna tersebut.
Dalam
kaitan ini, maka hadis berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat al-qur’an yan
bersifat global, sebagai pengecualian terhadap isyarat al-qur’an yang bersifat umum,
sebagai pembatas terhadap ayat al-qur’an yang bersifat mutlak, dan sebagai
pemberi informasi terhadap sesuatu kasus yang tidak dijumpai dalam al-qur’an.[6]
KESIMPULAN
Dari segi kebahasaan
Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata
salima kemudian diubah menjadi bentuk aslama
yang berati berserah diri masuk dalam kedamaian. Dari uraian tersebut di atas,
kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan
mengandung arti patuh, tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya
mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. kata
Islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu
yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal
dari Nabi Muhammad SAW.
Jadi tujuan Islam ialah
kesejahteraan hidup dan kehidupan manusia di dunia dan akherat nanti. Untuk
mencapai tujuan hidup itu, Islam telah mengajarkan segi-segi yang bersangkutan
dengan kebutuhan duniawi dan segi-segi kebutuhan ukhrawi.
Di kalangan ulama
terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama adalah al-Qur’an dan
al-Sunnah. Al-qur’an adalah kitab suci yang isinya mengandung firman Allah,
turunnya secara bertahap melalui malaikat jibril, pembawannya Nabi Muhammad
saw., susunannya dimulai dari surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat
an-nass, dan membacannya berilai ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah
atau bukti yang kuat atas kerosullan Nabi Muhammad SAW., keberadaannya hingga
kini masih tetap terpelihara dengan baik, dan pemasyarakatannya dilakukan secara
berantai dari satu generasi ke generasi lain dengan tulisan maupun lisan.
Menurut bahasa
as-sunnah artinnya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada
yang baik dan ada pula yang buruk.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin Abdullah, Studi Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
1999.
Abbudin Nata, Metodologi Studi Islam, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999.
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya,
Penerbit Universtas Indonesia, Jakarta, 1985.
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, LSAP,
Yogyakarta, 1996.
[1]
Amin Abdullah, Studi
Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal. 148
[2] Abbudin Nata, Metodologi
Studi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 61-66
[3]
Harun Nasution, Islam
ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, Penerbit Universtas Indonesia,
Jakarta, 1985, hal. 24
[4] Abbudin Nata, Metodologi
Studi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 61-66
[5] Amin Syukur, Pengantar Studi
Islam, LSAP, Yogyakarta, 1996, hal. 47
[6]
Abbudin Nata, Metodologi
Studi Islam, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 1999, hal. 72-75
No comments:
Post a Comment