Halaman

Tuesday, March 12, 2019

PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING



PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING
Makalah
Tugas Terstruktur
Disusun Guna Memenuhi Tugas kelompok
Mata Kuliah : Manajemen Operasi
Dosen Pengampu : Tina Martini, SE., M.Si






Disusun Oleh:
Naim Mutohar                       (212 443)
Norma Firdaus S.A    (212 456)
Joko Santoso              (212 467)


 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH / MBS
TAHUN 2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan menggapai globalisasi serta kemajuan dalam persaingan bisnis saat ini yang semakin kompleks, setiap perusahaan mau tidak mau harus meningkatkan daya saing dan mempersiapkan diri menjadi perusahaan yang kompetiti.
Memiiki daya saing yang tinggi kini bukan lagi sekedar kebutuhan melainkan suatu keharusan, karena tanpa daya saing yang tinggi mustahil suatu bisnis dapat bertahan apalagi memenangkan persaiangan. Sedangkan daya saing itu sendiri adalah kemampuan yang dimiliki individu ataupun organisasi perusahaan untuk dapat bersaing dalam mendapatkan market share dalam pasar dengan organisasi atau perusahaan lainnya dengan segala keungulan produk atau jasa yang mereka tawarkan.
Oleh karena sebab itu, maka dalam kesampatan kali ini kami akan menyajikan makalah tentang manajemen operasi yang bertemakan “PRODUKTIVITAS DAYA SAING”. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.


B. Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian produktivitas dan daya saing?
2.      Bagaimana cara mengukur produktivitas?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produktivisas?









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Produktivitas dan Daya Saing.
       I.            Produktivitas.
    Secara sederhana produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Menurut J. Raviyanto, dkk (1988) yang mengutip Lembaga Produktivitas Norwegia bahwa produktivitas adalah hubungan diantara jumlah produk yang diproduksi dan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk memperoduksi produk tersebut. Atau dengan rumusan yang lebih umum yaitu rasio antara kepuasan kebutuhandengan pengorbanan yang diberikan[1].
Sedangkan konsep produktivitas dijelaskan oleh Ravianto sebagai berikut:
a)      Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.
b)      Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.
c)      Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.
d)     Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.
e)      Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik[2].

Dengan kata lain bahwa produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Pendapat yang demikian itu menunjukkan bahwa produktivitas mencakup sejumlah persoalan yang terkait dengan kegiatan manajemen dan teknis operasional.
Unsur-unsur utama sistem operasi dan produksi adalah kegiatan pengubahan (conversion), sumber daya- sumber daya (inputs) yang dibutuhkan dalam kegiatan pengubahan tersebut, barang atau jasa sebagai hasil kegiatan pengubahan, dan umpan balik keterangan (information feed-back) sehubungan dengan pelaksanaan seluruh kegiatan[3].
Manajemen produksi (operasi) adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari urutan berbagai kegiatan (set of activities) untuk membuat barang (produk) yang berasal dari bahan baku dan bahan penolong lain. Proses kegiatan yang mengubah bahan baku menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi disebut proses produksi. Istilah proses produksi dalam bahasa inggris adalah manufacture atau dibahasaIndonesiakan manufaktur[4].
Peningkatan produktivitas merupakan dambaan setiap perusahaan, produktivitas mengandung pengertian berkenaan dengan konsep ekonomis, filosofis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya. Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal ini yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai sistem.
    II.            Daya Saing
Daya saing menurut Michael Porter (1990) adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Menurut World Economic Forum, daya saing nasional adalah kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan[5].
Dimensi Daya Saing yang dapat di pilih atau dimiliki oleh sebuah usaha manufaktur, digambarkan oleh dimensi dari Manajemen Operasional yaitu[6] :
  •  Kualitas ( Quality )  
  •  Biaya ( Cost )
  •  Kecepatan Menyerahkan (Speed of Delivery )   
  •  Keandalan Penyerahan (Reliability of Delivery) 

B.     Pengukuran Produktivitas.
Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi. Dibeberapa  Negara maupun perusahaan pada akhir-akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran produktivitas. Karena itu sudah saatnya kita membicarakan alasan mengapa kita harus mengukur produktivitas.
1.      Mengapa Mengukur Produktivitas.
Pada tingkat sektoral dan nasional, produktivitas menunjukkan kegunaannya dalam membantu evaluasi penampilan, perncanaan, kebijakan pendapatan, upah dan harga melalui identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan bantuan, menentukan tingkar pertumbuhan suatu sektor atau ekonomi, mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi dan seterusnya.
Pada tingkat perusahaan, pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan memdorong efisiensi produksi.
Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan meninggikan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas.
Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar bagi penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif.
Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target/sasaran tujuan  yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan. Pengamatan atas perubahan-perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostik yang menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam meningkatkan penampilan oraganisasi. Satu keuntungan dari pengukuran produktivitas adalah pembayaran staf. Gambaran data melengkapi suatu dasar bagi andil manfaat atas penmpilan yang ditingkatkan.
2. Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas
Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda:
1.      Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2.      Perbandingan pelakasanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
3.      perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlulah mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran produktivitas.Paling sedikit ada 2 jenis tingkat perbandingan yang berbeda, yakni produktivitas total dan produktivitas parsial.
1. Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan (input) persatuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total, semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) tehadap total keluaran harus diperhitungkan.
                            Prouktivitas Parsial =         
2. Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja, dll. 
                            Prouktivitas Parsial =         

C.    Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja.
Banyak faktor yang dapat mempengruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja, Antara lain:
1. Motivasi.
Motivasi merupakan keuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang didmiliki untuk mencapainya.
Pada hakikatnya motivasi karyawan dan pengusaha berbeda karena adanya perbedaan kepantingan maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk mencpai tujuan bersama dalam rangka kelangsungan usaha dan ketenaga kerjaan, sehingga apa yang menajadi kehendak dan cita-cita kedua belah pihak dapat diwujudkan.
Dengan demikian karyawan akan mengetahui fungsi, peranan dana tanggung jawab dilingkungan kerjanya dan dilain pihak pengusaha perlu menumbuhkan iklim kerja yang sehat dimana hak dan kewajiban karyawan diatur sedemikian rupa selaras dengan fungsi, peranan dan tanggung jawab karyawan sehingga dapat mendorong motivasi kerja kearah partisipasi karyawan terhadap perusahaan.
Iklim kerja yang sehat dapat mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak karyawan maupun dari pihak pengusaha sehingga mampu menumbuhkan motivasi kerja yang searah antara karyawan dan pengusaha dalam rangka menciptakan ketentraman kerja dan kelangsungan usaha kearah peningkatan produksi dan produktivitas kerja.

2. Kedisplinan
Disiplin merupakan sikap mental yang  tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.

3. Etos Kerja.
Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.

4. Keterampilan.
Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) teruatama dalam perubahan teknologi mutakhir.
Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan waktu tertentu dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor penentu suatu keberhasilan dan produktivitas, karena dari waktu itulah dapat dimunculkan kecepatan dan percepatan yang akan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan termasuk kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Haruslah disadari sedalam-dalamnya bahwa era tinggal landas hanya dapat kita wujudkan bila kita benar-benar memiliki konsep waktu yang tepat serta mampu menguasai dan memanfaatkan waktu, dan dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas, sebagai perwujudan dari eksistensi bangsa yang maju dan modern.

5. Pendidikan.
Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.
Disamping faktor tersebut diatas, manuaba (1992) mengemukakan bahwa faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.
Dalam pendidikan maka kita mengenal tiga faktor yang memberikan dasar penting untuk pengembangan disiplin ialah sebagai berikut:
a)      Pendidikan umum dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
b)      Pendidikan politik guna membudayakan kehidupan berdasarkan konstitusi, dwmokrasi pancasila dan hukum kesadaran hukum kunci penting untuk menegakkan disiplin.
c)      Pendidikan Agama yang menuju kepada pengendalian diri (self control) yang merupakan hakikat disiplin, nilai agama tidak boleh dipisahkan dari setiap aktivitas manusia peranan nilai-nilai keagamaan itu juga dijadikan bagian penting dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, mengamalkan nilai kebenaran agama yang diarahkan membina disiplin nasional itu wajib, sebagaimana manusia Indonesia mengamalkan Pancasila[7].


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produktivitas bukanlah suatu perhitungan kuantitas, tetapi seperti diterangkan dalam bab-bab terdahulu, adalah suatu ratio, suatu perbandingan dan merupakan suatu pengukuran matematis dari suatu tingkat efisiensi. Produksi berkaitan dengan kuantitas, sedangkan produktivitas adalah hasil persatuan dari suatu input (masukan). Jadi merupakan perbandingan antara output (hasil) dan input (masukan).


DAFTAR PUSTAKA
·         Pardede Pontas M.,Manajemen Operasi Dan Produksi: Teori, Model, Dan Kebijakan, ANDI, Yogyakarta 2005
·         Suryadi Prawirosentono, Manajemen Operasi, Analisis Dan Studi Kasus,Bumi Aksara Jakarta, 2000
·         Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin,MANAJEMEN PRODUKSI MODERN: Operasi Manufaktur dan Jasa, jakarta bumi aksara 2007



[3] Pardede Pontas M.,Manajemen Operasi Dan Produksi: Teori, Model, Dan Kebijakan, ANDI, Yogyakarta 2005, hal 24
[4] Suryadi Prawirosentono, Manajemen Operasi, Analisis Dan Studi Kasus,Bumi Aksara, JAKARTA, 2000, hal 1
[6]Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin,MANAJEMEN PRODUKSI MODERN: Operasi Manufaktur dan Jasa, Bumi Aksara, JAKARTA 2007, hal 42

No comments:

Post a Comment